TRIBUNNEWS.COM, BLITAR - Fakta-fakta terbaru pengungkapan kasus guru honorer asal Kediri, Budi Hartanto (28), yang tewas dimutilasi dengan kondisi mayat ditemukan tanpa kepala di dalam koper, ada di artikel ini.
Fakta-fakta terbaru kasus mutilasi guru honorer Budi Hartanto mulai identitas pelaku yang sudah dikantongi penyidik gabungan Polresta Kediri dan Polda Jatim, hingga hasil pencarian kepala korban.
Anda juga bisa membaca curahan hati (curhat) Ibunda Budi yang berharap polisi bisa menemukan pembunuh anaknya.
Proses pencarian potongan kepala Budi Hartanto (28), korban mutilasi yang jasadnya dibuang di pinggir sungai bawah jembatan Desa Karanggondang, Kecamatan Udanawu, Kabupaten Blitar, belum membuahkan hasil.
Baca: Prabowo: Saya Muak
Baca: Sahabat Jokowi Galang Dukungan untuk Paslon 01 Melalui Tanda Tangan Spanduk
Polisi masih terus mencari potongan kepala korban dengan cara menyisir sungai di sekitar lokasi ditemukannya koper berisi jasad guru honorer asal Mojoroto, Kota Kediri, itu.
"Hari ini (Minggu) kami melakukan penyisiran lagi di lokasi, tapi tetap belum ada hasil," kata Kapolsek Udanawu, AKP Wahyu Satrio Widodo, Minggu (7/4/2019).
AKP Wahyu mengatakan, tiap hari, polisi terus mencari potongan kepala korban.
Proses pencarian difokuskan di sekitar lokasi ditemukan jasad korban.
Polisi menyisir pinggir sungai radius 200 meter ke barat dan 200 meter ke timur dari titik ditemukannya jasad korban.
"Tiap hari, kami terjunkan lima personel untuk menyisir sungai mencari potongan kepala korban," ujarnya.
Dikatakannya, polisi akan terus mencari potongan kepala korban di sekitar lokasi penemuan jasadnya.
Wahyu tidak tahu sampai kapan proses pencarian kepala korban dihentikan.
"Kami menunggu petunjuk atasan, selama belum ada perintah dihentikan, kami akan terus mencari. Besok Senin kami akan melanjutkan pencarian," katanya.
Seperti diketahui, warga menemukan koper berisi mayat di pinggir sungai lahar bawah jembatan Desa Karanggondang, Kecamatan Udanawu, Kabupaten Blitar, Rabu (3/4/2019).
Mayat berjenis kelamin pria itu kondisinya tanpa kepala berada di dalam koper.
Belakangan, polisi sudah mengetahui identitas mayat pria tanpa kepala di dalam koper itu.
Korban bernama Budi Hartanto (28) asal Jl Taman Melati, Mojoroto, Kota Kediri.
Korban merupakan guru honorer di salah satu SD di Kota Kediri.
Identitas Pelaku Sudah Dikantongi Polisi
Sementara itu, kepolisian memburu dua teman dekat Budi Hartanto (28) yang diduga sebagai pelaku dalam kasus penemuan mayat dalam koper di Blitar, Jawa Timur, Rabu (3/4/2019).
Kabid Humas Polda Jawa Timur, Kombes Pol Frans Barung Mangera mengatakan identitas dua teman Budi Susanto tersebut sudah dikantongi pihak kepolisian.
"Nama sudah dikantongi, pelaku adalah dari kelompok orang dekat atau komunitas korban," kata Kombes Pol Frans Barung Mangera kepada wartawan, Minggu (7/4/2019).
Terduga pelaku kata Barung sedang berada di suatu tempat dan berpindah-pindah, karena gencarnya pemberitaan media atas kasus pembunuhan tersebut.
"Yang diburu ini adalah benda dinamis, bukan benda statis sehingga bisa kapan saja berpindah-pindah tempat," jelasnya.
Sebelumnya, polisi menyebut jika kemungkinan besar motif pembunuhan terhadap guru sanggar tari di Kediri itu adalah motif asmara, meski ada fakta barang-barang pelaku seperti motor pelaku juga hilang saat kejadian.
Jasad Budi Hartanto ditemukan di dalam sebuah koper di pinggir sungai bawah Jembatan Desa Karanggondang, Kecamatan Udanawu, Blitar, Jawa Timur, Rabu (3/4/2019).
Jasad warga Tamanan, Kota Kediri itu ditemukan tanpa kepala dan dalam kondisi tanpa busana.
Budi yang berprofesi sebagai tenaga honorer dan instruktur tari itu diketahui tidak pulang ke rumah orang tuanya sejak Selasa (2/4/2019) malam.
Karena bagian tubuh berupa kepala belum juga ditemukan, Kamis (4/4/2019) pagi jenazah korban dimakamkan tanpa kepala.
Curhat Ibunda Budi Hartanto
Kesedihan masih menyelimuti Ny Hamidah, ibunda Budi Hartanto (28) guru honorer yang menjadi korban mutilasi.
Tidak banyak yang terucap dari bibirnya saat ditemui tribunjatim di rumah duka.
Ibu dari tiga anak itu sangat berharap pelaku yang menghabisi anaknya dapat segera terungkap.
"Kami hanya pasrah kepada aparat kepolisian dan Gusti Allah. Semoga kasusnya segera terungkap," ungkap Ny Hamidah kepada tribunjatim di rumah duka, Sabtu (6/4/2019).
Budi Hartanto merupakan anak sulung dari 3 bersaudara selama ini Budi telah menjadi tulang punggung bagi keluarganya.
Kepergian Budi yang mendadak untuk selamanya juga tidak ada firasat buruk sebelumnya.
"Maafkan kesalahan anak saya, semoga pelakunya segera ditemukan," ujar Ny Hamidah lirih.
Menjelang kepergian putranya pada malam nahas juga tidak ada firasat buruk.
Baca: Prediksi Persebaya Surabaya vs Arema FC, Leg pertama Final Piala Presiden, Tensi Tinggi Sejak Awal
Karena anaknya setiap akan pergi juga selalu berpamitan kepada ibunya.
"Malam itu waktu mau keluar anak saya juga pamitan mau ke ruko (warkop dan sanggar tari)," jelasnya.
Biasanya Budi, jika pulang terlambat juga selalu memberitahu kepada keluarganya lewat telepon.
"Kalau pulang malam, biasanya anak saya telepon memberitahu saya disini bu," ungkap Ny Hamidah menirukan jawaban anaknya.
Budi Hartanto sudah cukup lama mengelola Sanggar CK Dance Home yang ada di kawasan Ruko GOR Jayabaya, Kota Kediri.
Di lokasi ini juga dimanfaatkan untuk berlatih setiap kali ada agenda pentas.
Di ruko selain menjadi sanggar tempat berlatih tari anak asuhnya juga difungsikan untuk Warung Royal Caffee Kediri.
Warung kopi ini juga selalu ramai karena ada fasilitas wifi. Untuk usaha warungnya, Budi dibantu dua rekannya.
Ny Hamidah sejak musibah yang menimpa putranya mengaku berupaya menutup dari informasi dengan tidak melihat TV ataupun mendengarkan radio.
"Saya pasrah kepada petugas dan Gusti Allah," ungkapnya lagi.
Sementara di rumah duka di Jl Tamansari, Kota Kediri ada tiga karangan bunga ucapan duka cita.
Di antaranya dari Civitas Akademika Universitas Terbuka dan Forum GTT/PTT Kota Kediri.
Budi selama ini menjadi guru honorer di SDN Banjarmlati 2 Kota Kediri mengajar kesenian dan mengajar seni tari.
Unggahan Terakhir Korban jadi Petunjuk
Berikut fakta-fakta lain terkait kasus guru honorer dimutilasi di Kediri yang berhasil dihimpun Surya.co.id
1. Ada Motif Asmara
Kabid Humas Polda Jatim, Kombespol Frans Barung Mangera, menerangkan beberapa dugaan motif pembunuhan yang disampaikan sebelumnya, semakin tak terbukti, seperti dugaan motif ekonomi dan motif perampokan.
Namun, lanjut Frans Barung, hasil proses penyidikan yang masih berlangsung menunjukkan, motif asmara dalam kasus tersebut semakin menguat.
"Jadi kami hilangkan motif perampokan atau ekonomi, kami masuk pada motif asmara," katanya saat ditemui awak media di ruang Humas Polda Jatim, Jumat (5/4/2019).
2. Korban Diduga Memiliki Orientasi Seksual Berbeda
Barung mengungkapkan, temuan lain yang diperoleh penyidik berdasarkan keterangan para saksi, didapatkan keterangan bahwa korban memiliki kecenderungan orientasi seksual yang berbeda dari kebanyakan orang.
"Nah inilah yang akan tim penyidik dalami berkaitan dengan orientasi seksual yang berbeda," lanjutnya.
Barung tak menyebut secara eksplisit tentang maksud dari 'orientasi seksual yang berbeda'.
Namun, kuat dugaan korban memiliki orientasi seksual sesama jenis.
"Ada kecenderungan ke arah situ sih," tandasnya.
3. Dua Orang Saksi Diperiksa
Frans Barung Mangera mengungkapkan, penyidik baru saja periksa dua orang saksi baru.
Sehingga, total saksi dalam proses pengungkapan kasus ini sejauh ini sedikitnya berjumlah 14 orang.
"Dia kami periksa kemarin (kamis), sampai malam, kami sudah pulangkan saksi itu," katanya saat ditemui awak media di ruang Humas Polda Jatim, Jumat (5/4/2019).
Seorang saksi baru tersebut, ungkap Barung, adalah seorang pegawai negeri sipil (PNS) atau aparatur sipil negara (ASN) di lingkungan Kabupaten Nganjuk.
"Dia kami periksa dan kami uji alibinya," lanjut Barung.
Setelah beberapa jam proses pemeriksaan berlangsung, lanjut Barung, ternyata keterangan ASN tersebut terbukti konsisten sesuai dengan pernyataannya sejak awal.
"Saat kami uji alibinya, ternyata tidak ada hubungannya. Meskipun saksi mengaku pernah komunikasi dengan korban," katanya.
Artinya, alibinya yang menyatakan tidak ada kaitannya dengan tewasnya guru honorer tersebut, adalah benar.
"Ini benar, pada hari dan jam saat kematian korban, saksi tidak ada sangkutpautnya," tandasnya.
Kendati demikian, lanjut Barung, Polda Jatim akan terus gali informasi pada saksi tersebut.
4. Memburu teman korban
Kasubdit Jatanras Polda Jatim AKBP Leonard Sinambela memastikan, saat ini polisi sedang memburu satu orang yang mengajak korban bertemu setelah latihan di sanggar senam, Selasa malam (2/4/2019).
Sebelumnya polisi telah memeriksa satu orang berisial IR.
Kepada polisi IR mengaku bahwa dirinya diajak makan oleh Budi.
Namun dia belum sempat bertemu dengan Budi.
Hingga akhirnya Budi menghilang dan ditemukan tewas.
Artinya, ada orang lain selain IR yang bertemu dengan Budi malam itu.
”Itu yang sedang kami cari,” jelas mantan Kasatreskrim Polrestabes Surabaya itu.
5. Pelaku Diduga Dekat Dengan Korban
Terbaru Kabid Humas Polda Jatim Kombespol Frans Barung Mangera mengatakan, pelaku pembunuhan dan mutilasi guru honorer asal Kediri, diperkirakan adalah orang dekat dan sangat dikenal korban.
"Pelaku diperkirakan sangat dekat dan sangat mengenal korban," katanya pada wartawan, Sabtu (6/4/2019).
Kedekatan yang terjadi antara korban dan pelaku, lanjut Barung, karena kesamaan lingkungan sosial yang dilakukan keduanya dalam sebuah komunitas.
"Karena berhubungan juga dengan lingkungan atau komunitas yang sedang digeluti oleh korban," lanjutnya.
Barung meyakini, pelaku pembunuhan dan mutilasi dilakukan lebih dari satu orang.
"Jadi bukan pelaku tunggal. Artinya pembunuhan itu ada yang membantu atau memperlancar," ujarnya.
Sejauh proses penyidikan berlangsung, lanjut Barung, sudah ada 16 orang saksi yang diperiksa.
"Ada 6 orang di Blitar dan 10 orang di Kediri, orientasi perburuan pelaku terbesar ada di Kota Kediri," lanjutnya.
"Ada 6 orang di Blitar dan 10 orang di Kediri, orientasi perburuan pelaku terbesar ada di Kota Kediri," lanjutnya.
Di luar 16 orang saksi itu, ungkap Barung, terdapat dua orang terduga kuat sebagai pelaku.
"Saat ini kami sedang lakukan pengejaran terhadap 2 orang itu," tandasnya.
"Dua orang itu ya masih di kawasan Jatim," katanya.
6. Kuasai Ponsel Korban
Ponsel milik Budi Hartanto (29), guru honorer Kota Kediri yang tubuhnya dimutilasi, ternyata aktif hingga Rabu (3/4/2019) pukul 04.00 wib.
Padahal, empat jam kemudian, sekitar pukul 08.00 wib, potongan tubuh Budi Hartanto ditemukan dalam koper di bawah Jembatan Karanggondang, Udanawu, Kabupaten Blitar.
Hal tersebut diungkapkan, Kabid Humas Polda Jatim Kombespol Frans Barung Mangera.
"Iya di lokasi itu ponsel korban diketahui mati untuk pertama kali," katanya, Sabtu (6/4/2019).
Berdasarkan penyidikan, di jam terakhir ponsel korban aktif, ponsel tersebut teridentifikasi berada di Kawasan Kediri.
"Ponsel korban menyala terakhir, di suatu tempat di jam 04.00 dini hari di wilayah Kediri," katanya.
Barung menduga, saat itu ponsel korban sedang dikuasai oleh pelaku.
"Karena HPnya (korban) masih dikuasai oleh seseorang," tandasnya.
7. Unggahan Terakhir Korban
Tiga postingan Budi Hartanto (28), menjadi sorotan dan bisa menjadi petunjuk adanya motif asmara dalam kasus pembunuhan ini.
Pantauan TribunJatim.com (grup Suryamalang), Budi Hartanto sempat mengunggah postingan di Instagram pada bulan Maret.
Tanggal 10 Maret 2019, Budi Hartanto mengunggah fotonya saat berada di dekat sebuah mobil berwarna putih.
Ia tampak memakai kaus putih dan selana santai berwarna abu-abu.
"Sendiri bukan berarti tak laku," tulisnya, dikutip TribunJatim.com (grup Surya.co.id), Jumat (5/4/2019).
Kemudian, di postingan tanggal 13 Maret 2019, Budi Hartano menulis caption soal menunggu, di fotonya berbaju merah.
Ia tampak meletakkan tangannya di atas dagu dan tersenyum ke arah kamera.
"Kamu yang aku tunggu...," tulisnya.
Lalu, Budi Hartanto juga mengunggah postingan pada tanggal 26 Maret 2019.
Itu adalah postingan terakhirnya.
"Terlalu fokus ke kamu (emoji),". (Samsul Hadi)
Artikel ini telah tayang di surya.co.id dengan judul FAKTA TERBARU Guru Honorer Dimutilasi: Identitas Pelaku, Hasil Pencarian Kepala dan Curhat Ibunda