News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Seleksi Tilawatil Quran di Tana Toraja Digelar di Aula Gereja

Editor: Hendra Gunawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Dr KH Kaswad Sartono, Koordinator Dewan Hakim Seleksi Tilawatil Quran dan Hadis (STQH) XXXI Tingkat Provinsi Sulawesi Selatan

TRIBUNNEWS.COM, MAKASSAR - Seleksi Tilawatil Quran dan Hadis (STQH) XXXI Tingkat Provinsi Sulsel dibuka di Plaza Kolam Makale, Tana Toraja, Selasa (23/4/2019) malam.

Wakil Gubernur Sulsel Andi Sudirman Sulaiman didampingi Bupati Tana Toraja Nicodemus Biringkanae membuka acara tersebut.

Bukan hanya tokoh Islam yang menghadiri pembukaan lomba membaca dan menghapal Alquran dan Hadis itu. Panitia melaporkan, 25 pendeta dari berbagai denominasi gereja dan 15 pastor juga.

Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Tana Toraja Muhammad mengantarkan undangna khusus ke Uskup Agung Makassar Mrg DR John Liku Ada PR untuk hadir.

"Ada sekitar 600 undangan yang kita bagikan, itu sudah termasuk rombongan Dirjen Bimas Islam Kementerian Agama RI dan para pejabat Kanwil Kemenag Sulsel, serta tokoh lintas agama, tokoh masyarakat dan pimpinan ormas yang ada di Tana Toraja," kata Muhammad di Sekteratariat Panitia STQH XXXI, Makale.

Baca: Jokowi di Ambang Rekor, Jika Menang Lagi Maka Jadi Jawara 5 Kali Pemilu

Baca: Berhonor Rp 500 Ribu Sudah Ada 90 Yang Meninggal, Begini Beratnya Jadi Petugas KPPS

Baca: Sudah 119 Petugas KPPS dan 15 Polisi Meninggal, Bagaimana Dengan Penyelenggaraan Pemilu ke Depan?

STQH XXXI itu benar-benar bernuansa Toraja. Pembukaan diwarnai atraksi seni budaya dan tarian tradisional Toraja, Parade Keumatan yang diikuti gereja dan imam masjid, dan Mars Kerukunan.

Ada juga Pemukulan Beduk Getaran Sukma Ilahi oleh Wakil Gubernur Sulsel bersama Bupati Tana Toraja, Dirjen Bimas Islam, Uskup Agung Makassar, dan Ketua BPS Gereja Toraja.

Kepala Bidang (Kabid) Umrah dan Haji Kementerian Agama (Kemenag) Sulsel Dr KH Kaswad Sartono menjadi Koordinator Dewan Hakim STQH XXXI Tingkat Provinsi Sulawesi Selatan tersebut.

Kaswad melaporkan suasana kebatinannya ke Tribun Timur menyaksikan peristiwa tak lazim di Toraja itu.

“Hatiku bergetar sebagai Koordinator Dewan Hakim STQH XXXI Tingkat Provinsi Sulawesi Selatan di Aula Hotel Sahid Tana Toraja,” ujar Kaswad.

Wakil Rais Suriah Nahdlatul Ulama (NU) Sulsel itu mengaku bergetar sejak detik-detik awal memimpin rapat konsolidasi dan orientasi Dewan Hakim STQH, Selasa (23/4/2019).

“Tiba-tiba hatiku “bergetar" dahsyaat dan “bangga sekali” ketika melihat daftar lokasi lomba STQH,” kata mantan Sekretaris Jenderal (Sekjen) Pengurus Besar Darud Dakwah Wal Irsyad (PB DDI) itu.

Berikut kesaksian Dr KH Kaswad Sartono selengkapnya:

Apa gerangan yang terjadi? Mungkin ini yang pertama kali terjadi dalam momentum per-STQ-an atau bahkan per-MTQ-an di Indonesia yang mana musabaqah (lomba) baca dan hafal Al-Quran dan al-Hadis berlokasi di lingkungan Gereja.

Bukan di masjid, bukan di madrasah, atau di Pondok Pesantren. Namun di Aula Gereja Katolik dan di Aula Gereja Toraja. Subhanallah!

Menariknya dari empat cabang yang dilombakan, dua cabang ditempatkan di aula Gereja yakni (1) Cabang Tilawah Anak-Anak dan Dewasabertempat Panggung Utama Plaza Kolam Makale; (2) Cabang Hifdz Qur'an 1 dan 5 Juz Tilawah bertempat di Masjid Raya Makale; (3) Cabang Hifdz 10 dan 20 Juz bertempat di Aula Gereja Katolik Makale; dan (4) Cabang Hifd 30 Juz, Tafsir dan Hadis bertempat di Aula Gereja Toraja Makale.

Nah, dari perspektif kerukunan hidup umat beragama, yang membuat hati saya “gemetar" sekaligus “bangga" adalah adanya proses dialektika dan dinamika yang begitu luhur dan jujur dalam berfastabiqul khairat, berlomba-lomba dalam kebaikan, berpartisipasi dalam menyukseskan agenda musabaqah.

Bukan hanya aspek penyelenggaraan tetapi juga prestasi STQH-nya. Misalnya dari pengurus atau majelis Gereja Katolik dan Gereja Toraja begitu suka rela “menyumbangkan" pikiran dan tenaga dalam kepanitiaan.

Mereka juga rela aula Gereja digunakan menjadi media pendidikan, dakwah, dan syiar umat Islam-li i'laai kalimatillah melalui musabaqah tilawah dan hifdzil Quran dan Hadis Rasul. Menurut saya, ini merupakan wujud toleransi dan harmoni kerukunan umat yang hakiki dan sejati.

Dalam kajian kerukunan umat beragama, filosofi dan hakikat toleransi umat beragama itu jika terpenuhi tiga unsur.

Tiga unsur dimaksud, pertama keyakinan adanya perbedaan. Kedua, sikap saling menghormati terhadap perbedaan. Ketiga, adanya perilaku kerja sama yang saling memberi dan menerima (take and give) dengan niat dan tujuan hidup bersama, interaksi bersama dan sukses bersama, yangtidak sama sekali menghitung “untung ruginya”.

STQH “Toraja” Tahun 2019 ini dihadiri para tokoh umat beragama“to maraja-nya" Sulawesi Selatan antara lain shohibul bait Bupati, Wakil Bupati Tana Toraja, Ketua dan Anggota DPRD Tana Toraja, Dirjen Bimas Islam Kemenag RI Prof Muhammadiyah Amin, Kakanwil Kemenag Sulsel H Anwar Abubakar, serta undangan penting lainnya.

Saya yakini akan meraih sukses besar, di samping sukses pelaksanaan, sukses prestasi, juga akan memperlihatkan kepada dunia akan sukses kerukunan, toleransi, dan harmoni umat beragama.

Itu penting karena menjadi syarat terwujudkan pembangunan manusia yang berkualitas, berkeadilan, dan bermartabat sekaligus menjadi wahana turunnya berkah dan rahmat Tuhan di bumi NKRI, khususnya Sulawesi Selatan.

Kondisi yang begini baik karena hadirnya komunikasi batin yang terjadi di bawah komando “tiga imam besar" yaitu Gubernur Sulsel Prof Dr Nurdin Abdullah, Bupati Tana Toraja Ir Nicodemus Biringkanae, dan Kakanwil Agama Sulsel H Anwar Abubakar MPd, serta hadirnya sikap dan perilaku “sami'na wa atho'na" dalam kehidupan umat beragama kepada imam atau pemimpinnya.

Tana Toraja, maaf menurut pandangan saya, merupakan terminologi simpel (qaulan layyinan) namun memiliki makna filosofi dan kearifan lokal Sulawesi Selatan yang luar biasa dalamnya.

Kata “Toraja”bisa berasal dari bahasa Bugis “to riaja" yang berarti orang yang tinggal di negeri atau daratan tinggi, karena memang Tana Toraja berada di ketinggian ; bisa juga dari kata “tau raja" yang berarti orang raja atau bangsawan; namun dari aspek sosiologis-filosofis “Toraja" memiliki makna “to maraja", orang yang memiliki kedudukan tinggi karena kebaikan hati, pikiran dan perilakunya semakna dengan istilah “to malebbi, to madeceng, to makessing, to maraja, to macinnong, to makanjak”. Selamat Ber-STQH, Semoga Sukses!(AS Kambie)

Artikel ini telah tayang di tribun-timur.com dengan judul Lomba Hafal Quran Digelar di Aula Gereja, Dewan Hakim Bergetar Melihat Kerukunan Sejati di Toraja,

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini