TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bandara Jenderal Besar Soedirman di Purbalingga, Jawa Tengah, ditargetkan mulai beroperasi pada 2020.
Saat ini sejumlah persiapan untuk pembangunan proyek tersebut tengah dilakukan.
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno meninjau langsung persiapan pembangunan proyek tersebut pada Sabtu (11/5/2019).
Dia didampingi oleh Direktur Utama PT Angkasa Pura II (Persero) Muhammad Awaluddin, Direktur Operasi dan Teknik Djoko Murjatmodjo, serta Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi.
Pihaknya menargetkan agar bandara tersebut bisa mulai dioperasikan untuk masa angkutan lebaran tahun depan.
"Targetnya puasa tahun depan atau sekitar bulai mei 2020 sudah bisa testing runway, pas waktunya mudik lebaran pesawat komersial sudah beroperasi," ujar Rini, dalam keterangan tertulis, Senin (13/5/2019).
Menurut Rini, bandara Jenderal Besar Soedirman nantinya dapat mendukung pertumbuhan perekonomian di Jawa Tengah khususnya Kabupaten Purbalingga, Banyumas, Kebumen, Banjarnegara dan Wonosobo.
“Investor asing sangat nyaman berusaha di sini. Kelemahannya adalah konektivitas. Jadi, kalau pengusaha butuh cepat, kita harapkan dengan bandara ini ada maka mempercepat pertumbuhan ekonomi,” imbuhnya.
Proyek bandara itu sendiri berlokasi di kawasan Pangkalan TNI AU Jenderal Besar Soedirman. Pada April 2019, AP II dan TNI AU menandatangani Perjanjian Kerja Sama (PKS) sehingga pembangunan infrastruktur sudah dapat dimulai.
AP II dan TNI AU juga telah menyepakati Daerah Lingkungan Kerja (DLKr), yakni DLKr I seluas 4,42 hektare guna diusahakan sebagai bandara meliputi terminal kargo, terminal penumpang, bangunan operasional atau perkantoran dan fasilitas sisi darat lainnya.
Lalu, DLKr II seluas 43,5 hektare guna penggunaan bersama (penerbangan sipil dan militer) meliputi runway, RESA (runway end safety area), stopway, taxiway, PKP-PK (Pertolongan Kecelakaan Penerbangan dan Pemadam Kebakaran), fasilitas bersama, dan pagar pengamanan bandara.
Investasi Awal Senilai Rp 500 Miliar
AP II saat ini tengah melakukan persiapan pembangunan infrastruktur, dimulai dari pembersihan lahan (land clearing), mendirikan pagar bandara, dan membangun gedung Project Implementation Unit (PIU).
Direktur Utama AP II Muhammad Awaluddin mengatakan setelah persiapan usai dilakukan, pekerjaan selanjutnya adalah membangun terminal penumpang dan runway.
Pembangunan terminal penumpang Bandara Jenderal Besar Soedirman dilakukan dalam 3 tahap.
Adapun tahap I dibangun terminal penumpang berkapasitas 98.812 penumpang per tahun, lalu pembangungan Tahap II membuat terminal memiliki kapasitas 440.440 penumpang per tahun, kemudian Tahap III menjadikan terminal berkapasitas 597.645 penumpang per tahun.
“Pada tahap awal, investasi yang disiapkan Rp500 miliar untuk membangun terminal penumpang dan runway. Kami optimistis jumlah penumpang terus tumbuh setiap tahunnya hingga bisa menembus sekitar 600.000 penumpang per tahun, seiring juga dengan bergeliatnya perekonomian dan pariwisata karena terbukanya konektivitas udara di wilayah Jawa Tengah bagian Selatan ini," ujar Muhammad Awaluddin.
Dia menjelakan, pada Tahap I, bandara akan melayani penerbangan dengan pesawat ATR 72-600 dan sejenis, lalu kemudian nantinya setelah dilakukan pengembangan Tahap III bandara ini bisa melayani take off dan landing dari pesawat sekelas Boeing 737 dan Airbus A320.
"Kami perkirakan pergerakan pesawat bisa mencapai sekitar 7.500 per tahun,” ucapnya.
Pembangunan Bandara Jenderal Besar Soedirman ini merupakan salah satu bentuk komitmen pemerintah dalam mewujudkan konektivitas udara di seluruh wilayah Indonesia sehingga pertumbuhan ekonomi dan pariwisata dapat optimal.