Saban bercerita kepada Suhartini, Vera mengaku sering mendapat perlakuan kasar pacarnya itu.
Suhartini sempat bertanya kenapa Vera tidak menjerit ketika disakiti Prada DP.
"Nggak bisa mak, nggak ada yang mau nolong," kata Vera seperti ditirukan Suhartini.
Kepada ibunya itu, Vera mengaku merasa nyaman berada di rumah, ketimbang jalan bareng Prada DP.
Tak kuasa lihat wajah putrinya hitam
Suhartini mencoba menolak kenyataan, tapi bekas jari terluka, anting-anting dan ikat rambut menguatkan semua itu milik Vera.
Ia tak kuat menopang tubuhnya, terlanjur sedih dan terpukul, bahkan tak sempat untuk mengantar jenazah Vera ke pemakaman.
Ditemani pihak keluarga, Suhartini terduduk lemah di rumahnya.
Kerabat dan tetangga mencoba menghiburnya karena sejak tahu Vera tewas, Suhartini menangis terus.
"Biarlah di sini saja," kata Suhartini ketika ditanya pihak keluarga apakah ingin mengantar jenazah ke pemakaman.
Suhartini tak kuat menyaksikan kematian anak gadisnya itu, apalagi wajahnya sudah tak tidak jelas.
"Wajah Vera sudah tidak jelas lagi," jelas Suhartini saat membalas telepon kakak almarhum yang menanyakan kabarnya.
Ia sempat mendatangi rumah sakit untuk memastikan apakah benar perempuan yang meninggal adalah Vera.
"Saya lihat anting-anting, ikat rambut sama ada luka di jarinya, sama seperti punya Vera. Jadi ya sudah itu memang dia," kata Suhartini.
Misteri dering telepon
Kepala toko Indomaret Arina menjelaskan Vera baru seminggu bekerja sebagai kasir.