Fakta Penangkapan Terduga Teroris di Bogor: Punya Laboratorium Bom hingga Sasar KPU 22 Mei Mendatang
TRIBUNNEWS.COM - Jumat (17/5/2019), petugas Densus 88 menangkap seorang terduga teroris berinisial E (50) di Kelurahan Nanggewer, Cibinong, Bogor, Jawa Barat.
Dalam penangkapan tersebut, petugas mengamankan barang bukti berupa bahan baku dan bahan jadi peledak di antaranya TATP dan Nitrogliserin, beberapa panci, paku, termasuk buku pembuatan bom dan buku doktrin jihadis.
"Sekitar jam 15.00 WIB sorean, kejadiannya cepet," ujar Sobari ketua RW setempat seperti dikutip Tribunnews.com dari TribunnewsBogor.com.
"Soal barang-barang yang dibawa polisi, itu saya gak tahu," imbuhnya.
Terkait penangkapan terduga teroris di Cibinong Bogor ini, berikut faktanya yang dirangkum Tribunnews.com dari TribunnewsBogor.com.
Baca: Pak Jenggot Bisa Bikin Bom Dahsyat, Polisi dan Massa di Depan KPU Jadi Target
1. Dikenal sebagai tukang parkir
E, pria terduga teroris dalam kesehariannya dikenal sebagai tukang parkir di simpang jalan Bintang Mas.
Seperti diungkapkan oleh Sobari, Ketua RW tempa di mana pelaku tinggal.
"Dia profesinya tukang parkir di simpang jalan, di Simpang Bintang Mas," ungkap Sobari.
Sebagai tetangga, Sobari mengaku kaget dan tak menyangka E terlibat jaringan teroris.
E yang asli warga Nanggewer Cibinong selama ini dikenal sebagai sosok yang baik.
"Dia orang pribumi asli sini dari kecil. Gak nyangka saya, dari kesehariannya dia orangnya baik, tidak menonjolkan itikad jelek, gak ada," tambahnya.
2. Reaksi keluarga
Senada dengan Sobari, reaksi yang sama juga ditunjukkan keluarga pelaku.
Deni, keponakan pelaku merasa sangat kaget atas penangkapan pamannya.
"Kaget saya, saya gak tahu apa-apa, orangnya juga kan kurang terbuka," tutur Deni (30) saat ditemui TribunnewsBogor.com, Jumat (17/5/2019) malam.
Deni menambahkan, pamannya adalah sosok yang tertutup dan jarang bercerita.
"Dia gak pernah cerita-cerita apa aktifitasnya, enggak. Dia memang asli orang sini, dia sudah berkeluarga, anaknya empat," imbuhnya.
3. Polisi telusuri sumber dana pelaku
Berdasarkan pantauan TribunnewsBogor.com, hingga Sabtu (18/5/2019) kemarin, polisi masih terus menelusuri aliran dana kelompok terduga teroris E.
Brigjen Polisi Dedi Prasetyo sekalu Karopemnas Divisi Humas Polri mengungkapkan, terduga teroris E telah masuk dan terlibat dalam jaringan teroris sekitar lima tahun.
"Koneksi dengan TH cukup panjang, kemudian dengan Mujahidin Indonesia Timur juga sudah memiliki koneksi. Artinya, cukup berpengalaman untuk kelompok Virgi Abu Hamzah ini," ungkapnya.
"Saat ini pendanaan masih kita lakukan pendalaman, nanti akan kami beritahu jika semuanya sudah jelas," imbuhnya.
"Densus 88 masih terus bekerja, masih melakukan pengejaran karena kelompok ini sangat militan karena mereka memiliki rekam jejak yang lebih dibanding JAD Bekasi dan Lampung," pumgkasnya.
Baca: Tukang Parkir Terduga Teroris Punya Laboratorium Bom & Ajak Teman Latihan Perang, Ini Faktanya
4. Terduga teroris E merupakan kelompok Virgi Abu Hamzah
Karopemnas Divisi Humas Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo menjelaskan, terduga teroris E bukanlah kelompok jaringan JAD.
Melainkan masuk dalam kelompok teroris Virgi Abu Hamzah yang terbilang lebih terstruktur dan militan.
"Bahwa kelompok yang terungkap ini tentu berbeda dengan JAD Bekasi, JAD Lampung, JAD Jawa Tengah. Kelompok ini pecahan JAD tapi terbilang lebih militan," bebernya.
Kelompok teroris Virgi Abu Hamzah ini pernah melakukan serangan ke Mapolres Surakarta dan terkoneksi dengan kelompok Santoso.
"Kelompok ini jaringan terorisme yang terstruktur lebih dikenal namanya dengan Virgi Abu Hamzah. Pengikutnya Abu Hamzah, Abu Hamzah sendiri masih ada di Syiria dan kelompok ini memiliki rekam jejak aksi terorisme dengan cash yang terjadi, yang pertama ia melakuan serangan terorisme dengam sasaran adalah Mapolres Surakarta. Kelompok ini juga melakukan aksi-aksi di Indonesia, termasuk jejaringnya mereka adalah mujahidin Indonesia Timur kelompok Santoso yang ada di Poso. Kelompok ini terkoneksi kesana," paparnya.
5. Terduga teroris E memiliki kemampuan merakit bom berdaya ledak besar
Karopemnas Divisi Humas Polri, Brigjen Pol Dedi Prasetyo menambahkan, terduga teroris E ternyata memiliki kemampuan merakit bom berdaya ledak besar.
Kemampuannya dalam merakit bom bahkan sama dengan kelompok JAD Lampung dan JAD Bekasi.
"Kemampuan E sama seperti kelompok JAD Lampung JAD Bekasi untuk merakit bom dan kemampuan merakit bomnya jauh lebih tinggi dari saudara Amir di Bekasi," jelasnya.
Tak hanya itu, dari penuturan Brigjen Pol Dedi Prasetyo diketahui bahwa terduga teroris E ternyata memiliki laboratorium untuk merakit bom.
Ia bahkan telah melakukan beragam eksperimen terkait membuat bom.
"Berbagai senyawa telah mereka coba. Ia juga punya laboratorium untuk membuat bom. Ini labnya dan alat ukurnya telah disiapkan perangkat bom, ada panci vakum, penanak nasi yang digunakan sebagai media bom berdaya ledak tinggi," tuturnya.
6. Sasar KPU 22 Mei mendatang
Brigjen Pol Dedi Prasetyo mengungkapkan, enam bom berdaya ledak tinggi yang disita saat penangkapan terduga teroris E diduga akan diledakkan pada 22 Mei mendatang.
"Sebut mereka thogut, yang dimaksud adalah kepolisian yang sedang saya jalankan tugas. Kemudian yang kedua adalah mereka akan menyasar kerumitan masa depan jika ada di tanggal 22 Mei di depan KPU. Mereka mengikuti dinamika perkembangan saat ini," tutupnya.
(TribunnewsBogor.com/Naufal Fauzy/Yudistira Wanne/Tribunnews.com/Fathul Amanah)