Apalagi, karena perekonomian Bali khususnya Denpasar terus berkembang, tamu barbershop juga selalu ada saja.
"Karena passion saya lebih di sini, jadi saya fokus di sini saja," ujarnya.
Tarif sekali potong rambut di tempatnya bekerja, kata Ahmad, Rp 70 ribu.
Bersama lima rekannya di Seven Barbershop, rata-rata mereka menggarap potong rambut dari 15 sampai 20 kepala per hari.
Kerja mereka rata-rata 10 jam per hari dengan jadwal libur sekali dalam seminggu.
"Kalau di tempat kerja kami atau di Denpasar lah, sudah ada bule yang rajin ke barber. Persentase pelanggan kami kira-kira 40 bule, sisanya lokal," ujar pria yang mengaku sudah biasa melayani tamu bule ini.
"Ya bahasa Inggris bisa dikit-dikitlah, untuk komunikasi di kerjaan saya saja," ujarnya.
Menurut Ahmad Assundawi, di masa awal ia bekerja di barbershop tersebut, memang antusiasme masyarakat baik lokal, maupun wisatawan yang datang ke barbershop belum begitu tinggi.
Namun barbershop mulai diserbu sejak tiga tahun terakhir ini.
Saat ini, potensi usaha barbershop di Bali, khususnya di Denpasar, masih sangat menjanjikan.
"Potensi bisnis barbershop hingga beberapa tahun ke depan saya kira bagus sih, karena tanah Bali ini tanah pariwisata, jadi setiap orang ada yang datang dan ada yang pergi. Saya yakin akan tambah lagi jumlah barbershop. Tapi banyak kompetitor bukan berarti kita bersaing tidak sehat. Kita saling meramaikan barbershop yang ada di Bali," kata pria yang tinggal di daerah Sanur ini.
Bagi Ahmad, pekerjaan tukang cukur memang terkadang dianggap remeh atau dipandang sebelah mata.
Padahal, kebutuhan memotong rambut sebetulnya sudah seperti kebutuhan terhadap makanan, akan selalu diperlukan.
Sebab, rambut terus tumbuh dan sampai waktu tertentu perlu dipotong. Belum lagi, kebutuhan untuk gaya atau mode rambut juga semakin meningkat di zaman now.