TRIBUNNEWS.COM, BANDA ACEH - Badai disertai hujan lebat menerjang delapan kabupaten/kota di Aceh dalam dua hari terakhir.
Cuaca buruk itu menyebabkan seorang nelayan meninggal setelah boat yang ditumpanginya hanyut dan terbalik diterjang angin.
Selain itu belasan bangunan rusak, sejumlah pohon tumbang ke jalan, papan reklame jatuh, dan tiang listrik milik PT PLN roboh.
Kondisi itu membuat arus lalu lintas di beberapa titik sempat terhenti atau terganggu.
Adapun daerah yang diterjang badai meliputi Kota Banda Aceh, Pidie, Aceh Utara, Kota Lhokseumawe, Kota Langsa, Bireuen, Aceh Jaya, dan Aceh Selatan.
Dari tiga kota dan empat kabupaten itu, Bireuen merupakan kabupaten yang mengalami dampak kerusakan terparah.
Di Banda Aceh, Jaya Saputra (32), nelayan asal Desa Deah Raya, Kecamatan Syiah Kuala, ditemukan meninggal setelah boat yang ditumpanginya hanyut dan terbalik akibat diterjang angin kencang di perairan Syiah Kuala, Sabtu (22/6/2019) pagi.
Informasi yang diperoleh Serambi, mayat korban ditemukan terapung oleh warga dan nelayan yang mencarinya sekitar pukul 09.30 WIB, setelah sebelumnya ia dilaporkan belum kembali dari melaut.
Sementara di Bireuen, hujan lebat disertai badai terjadi sejak Sabtu (22/6/2019) menjelang magrib hingga malam hari.
Informasi yang dihimpun Serambi dari berbagai sumber menyebutkan, badai dan hujan lebat itu sempat membuat warga panik.
Pasalnya, sejumlah atap rumah dan toko, kanopi rumah toko (ruko), serta pohon bertumbangan.
Bahkan, tumbangnya sebatang pohon ke badan jalan Banda Aceh-Medan, kawasan Cot Batee Geulungku, Kecamatan Pandrah, mengakibatkan arus lalu lintas macet selama dua jam dan jumlah kendaraan yang antre mencapai 2 kilometer (km).
Hingga siang kemarin sebagian badan jalan nasional di kawasan Cot Batee Geulungku masih ditutupi ranting pohon yang belum dibersihkan.
Akibatnya, kendaraan dari kedua arah tidak bisa saling mendahului.
Mobil atau sepeda motor dari arah barat ke timur atau sebaliknya, harus berhenti sesaat ketika tiba di lokasi tersebut.
Petugas piket Pusdalops Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bireuen, Minggu (23/6/2019), menyebutkan, 13 bangunan rusak akibat diterjang badai.
Bangunan yang rusak itu berlokasi di sejumlah desa dalam delapan kecamatan. Di Kecamatan Kuala, tiga rumah mengalami rusak ringan dan sedang. Di Kecamatan Jeumpa, satu rumah rusak ringan.
Di Kecamatan Kota Juang, warung kopi dan bengkel berkonstruksi kayu mengalami rusak berat. Di Kecamatan Peusangan, sebuah rumah permanen dan balai pengajian berkonstruksi kayu rusak.
Di Kecamatan Peudada, rumah permanen tertimpa pohon. Di Kecamatan Jangka, satu rumah dan satu ruko permanen rusak berat. Sedangkan di Kecamatan Juli, dua rumah rusak.
Di Kecamatan Pandrah, satu rumah tertimpa pohon. Satu balai pengajian di Dayah Darussa’adah, Desa Geulanggang Gampong, Kecamatan Kota Juang, juga roboh akibat diterjang badai.
Insiden itu terjadi saat santri sedang shalat Magrib berjamaah di kompleks dayah.
Akibat kejadian itu, ratusan santri trauma.
"Kami berharap bantuan dari pemerintah atau dermawan untuk membangun pondok permanen demi kelancaran proses belajar-mengajar di dayah kami," harap Pimpinan Dayah Darussa’adah, Tgk Rouyani Alkhalidi, didampingi Ketua Umum Pondok Pengajian, Tgk Afrizal, kemarin.
Aceh Jaya
Cuaca ekstrem yang melanda Aceh Jaya dalam empat hari terakhir menyebabkan dua bangunan rusak dan beberapa pohon tumbang ke badan jalan nasional.
"Di Panga, lintas Banda Aceh-Meulaboh sempat macet setelah satu pohon tumbang akibat angin kencang menutupi badan jalan. Sementara di Jalan Setia Bakti-Lamno, tepatnya kawasan Gunung Cincrang, listrik sempat padam karena pohon yang tumbang menimpa kabel listrik," jelas Kabid Penanggulangan dan Pencegahan Badan Penanggulangan Bencana daerah (BPBD) Aceh Jaya, Ismail, kepada Serambi kemarin.
Ekses lain, satu bengkel di Teunom juga rusak di bagian atapnya akibat diterjang angin kencang.
"Itu data sementara yang kita terima, mungkin ada kejadian lain yang belum masuk laporannya ke kita atau mungkin juga ada bangunan yang rusaknya tidak parah sehingga tidak dilaporkan ke kami," ujar Ismail.
Aceh Utara
Angin kencang disertai hujan lebat juga melanda Lhokseumawe dan Aceh Utara, Sabtu (22/6/2019) sekitar pukul 19.30 WIB.
Cuaca ekstrem yang berlangsung sekitar 30 menit itu menyebabkan satu rumah rusak tertimpa pohon, satu papan reklame jatuh, dan dua tiang listrik tumbang.
Pantauan Serambi, papan reklame yang jatuh berada di Jalan Merdeka (dekat Masjid Baiturrahman Lhokseumawe).
Papan reklame itu menutupi sebagian badan jalan, tapi tak sampai membuat jalur lalu lintas macet.
Sementara sejumlah jalan di pusat kota, yakni Jalan Perdagangan dan Sukaramai, tergenang.
Selain itu, rumah kayu milik Fauzan (37), warga Desa Cot Trieng, Kecamatan Muara Satu, Lhokseumawe, juga rusak akibat tertimpa pohon tumbang.
Manajer PLN Lhokseumawe, Mukhtar Juned mengatakan, saat angin kencang, aliran listrik ke sejumlah wilayah kerjanya padam.
Penyebabnya, dua tiang di kawasan Sido Muliyo, Kecamatan Kuta Makmur, Aceh Utara, roboh.
Selain itu, kabel hitam (saluran kabel tegangan rendah) di beberapa titik dalam wilayah Kuta Makmur dan Simpang Keuramat, Aceh Utara, dan sejumlah titik lain di wilayah Lhokseumawe, putus.
"Setelah cuaca membaik, semua kerusakan itu sudah diperbaiki dan kini suplai listrik sudah normal kembali," ungkap Mukhtar.
Pohon Tua Tumbang
Di Pidie, sebatang pohon angsana berukuran besar yang diperkirakan berumur 100 tahun di Gampong Asan Nicah, Kecamatan Keumala, Sabtu (22/6/2019) sekitar 17.45 WIB tumbang dan menghantam rumah yang dihuni dua kepala keluarga (KK), yaitu Bismi Ismail (38) dan Harwati dengan jumlah enam jiwa.
Pohon itu tumbang akibat badai yang melanda Pidie dan Pidie Jaya.
Ekses lain, sebatang pohon kelapa di Meunasah Raya, Gampong Raya Paya, Kecamatan Simpang Tiga. Pohon kelapa setinggi 30 meter nyaris menimpa rumah H M Amin (69), warga setempat.
Langsa
Sedangkan di Langsa, sebatang pohon akasia berukuran besar yang diperkirakan berusia puluhan tahun di Jalan Ahmad Yani, depan Taman Bambu Runcing, Minggu (23/6/2019) sore, tumbang.
Amatan Serambi, pohon itu tumbang tiba-tiba sekitar pukul 17.00 WIB saat kawasan itu diguyur hujan deras.
Warga sekitar terkejut mendengar bunyi suara gemuruh yang cukup kuat saat pohon itu tumbang.
Beruntung, tak ada korban jiwa. Padahal, saat itu sejumlah mobil dan sepeda motor sedang melintasi kawasan itu. Namun, mereka lolos dari hantaman pohon tumbang tersebut.
Hanya saja, setelah kejadian itu jalan dua jalur dari arah timur ke barat tidak bisa dilalui kendaraan.
Hanya jalur dari barat ke timur yang bisa dilalui, itu pun oleh sepeda motor saja.
Pengguna jalan akhirnya harus memutar dari arah belakang Taman Bambu Runcing dan pusat kuliner bekas Stasiun Kereta Api sampai pohon tumbang ini berhasil dibersihkan petugas BPBD Langsa.
Beberapa saat kemudian atau saat hujan reda, petugas TRC Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat turun ke lokasi untuk memindahkan dahan pohon besar yang membentangi (menutup) badan jalan di kawasan padat kendaraan itu.
Petugas harus memotong cabang dan dahan pohon akasia besar itu dengan chainsaw dan kemudian baru bisa diangkat ke dalam mobil untuk dipindahkan ke tempat lain.
Bahkan, Wali Kota Langsa, Tgk Usman Abdullah SE atau yang akrab disapa Toke Seuem, turun langsung membersihkan dahan pohon tersebut.
Dengan memakai baju warna hitam dan basah terkena air hujan, Toke Seuem terlihat memegang chainsaw memotong cabang dan dahan pohon akasia besar tersebut.
Sedangkan sejumlah petugas BPBD lainnya terlihat sibuk mengangkat kayu-kayu yang sudah dipotong untuk dipindahkan dari badan jalan.
Warga di sekitar lokasi pohon tumbang terheran-heran dan takjub saat melihat orang nomor satu di Langsa ini berbasah-basah untuk membersihkan batang kayu besar tumbang ke badan jalan tersebut.
Aceh Selatan
Badai juga melanda kawasan Aceh Selatan tadi malam. Sejumlah kecamatan, seperti Meukek, Labuhanhaji, Samadua, dan Tapaktuan diterpa angin kencang disertai hujan deras.
Persis pukul 22.00 WIB desa-desa di Kecamatan Meukek gelap total karena listrik padam begitu angin kencang bertiup.
Hingga pukul 23.00 WIB tadi malam kecamatan itu masih gelap gulita karena listrik padam dan hujan belum reda.
"Karena suasana gelap dan angin kencang masih bertiup, sehingga belum diperoleh laporan tentang apakah ada pohon yang tumbang atau bangunan yang rusak," lapor Yuyun Nalisma, warga Labuhan Tarok, Meukek.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Aceh memperkirakan angin kencang akan terus melanda hampir seluruh wilayah Aceh hingga beberapa hari ke depan.
Meskipun secara rata-rata angin di Aceh saat ini antara 20-50 km/jam, namun kecepatannya bisa meningkat hingga dua kali lipat bahkan lebih akibat cuaca buruk yang ditimbulkan oleh awan Cumulonimbus (Cb).
Angin itu dipastikan memiliki daya rusak yang cukup tinggi. Demikian, antara lain, disampaikan Kasi Data dan Informasi BMKG Aceh, Zakaria Ahmad SE yang dihubungi Serambi tadi malam.
Menurutnya, angin yang rerata berdurasi 10-20 menit itu mampu mengguncang-guncang apa yang dilaluinya sehingga bisa berakibat fatal.
"Saat terjadi cuaca buruk, masyarakat diminta waspada karena berpotensi terjadi angin kencang dengan daya rusak tinggi," ujarnya.
Zakaria menjelaskan, angin kencang yang terjadi saat ini berawal dari munculnya pusaran angin tertutup atau ‘Eddy’ yang membuat terjadinya belokan angin dan konvergensi (memusat) di atmosfer.
"Kondisi ini menyebabkan terjadinya perlambatan gerakan massa udara di atmosfer Provinsi Aceh," katanya.
Dengan terjadinya perlambatan massa udara tersebut, lanjut Zakaria, maka uap air yang terbawa oleh angin terkumpul di atas atmosfer Aceh dan kemudian akan tumbuh menjadi awan-awan hujan (konvektif/Cb).
"Tumbuhnya awan-awan hujan di atmosfer memicu terjadinya angin kencang, yang biasanya bersifat sesaat tapi kecepatannya bisa mencapai 80 km/jam bahkan lebih," ucap Zakaria seraya menyatakan kejadian itu lebih berpotensi terjadi di wilayah Aceh Timur, Tamiang, Lhokseumawe, Pidie Jaya, dan Aceh Tenggara.
Baca: Anggota DPRD Kolaka Utara Meninggal di Hotel, Benarkah karena Kecapaian?
Selain angin yang ditimbulkan oleh awan konvektif itu, tambah Zakaria, Aceh saat ini masih dalam musim angin baratan.
Akumulasi inilah yang akan membuat angin kencang di Aceh lebih awet atau bertahan lama.
"Hal ini sangat membahayakan nelayan dan jasa penyeberangan, menyebabkan pohon tumbang, bahkan baliho dan atap rumah bisa diterbangkan angin," kata dia.
Untuk itu, BMKG Aceh mengimbau kepada nelayan agar tidak melaut terlalu jauh ke tengah.
Hal itu dimaksudkan agar jika terlihat cuaca mulai memburuk (mendung), mereka bisa lebih cepat kembali ke darat.
Di samping itu, masyarakat di darat juga diminta untuk tidak melakukan kegiatan di luar bila terjadi badai petir serta tidak berlindung di bawah pohon dan baliho atau benda sejenisnya.
"Masyarakat juga kami imbau jangan memarkirkan kendaraan di bawah pohon dan berpegangan di tiang listrik atau pagar yang terbuat dari logam sebab hal itu bisa menghantarkan listrik ketika terjadi badai petir," jelas dia.
Zakaria menambahkan, angin puting beliung juga berpotensi terjadi di wilayah Aceh Utara, Bireuen, Pidie Jaya, dan Bener Meriah.
Dijelaskan, cuaca buruk itu biasanya terjadi saat pagi dan siang hari panas terik dan tak ada angin.
"Ini pertanda bahwa di wilayah itu terjadi tekanan rendah, sehingga massa udara dari daerah sekitarnya akan menuju ke situ. Sehingga terjadilah angin berputar yang disebut puting beliung," ujarnya.
Imbau Warga Siaga
Terpisah, Kabid Penanggulangan dan Pencegahan Badan Penanggulangan Bencana daerah (BPBD) Aceh Jaya, Ismail, berharap warga setempat untuk terus siaga menghadapi cuaca ekstrem yang sedang melanda kabupaten Po Teumeurehom tersebut.
Baca: Ketua Tim Bravo 5 Minta Relawan Tak Mengharapkan Sesuatu dari Kemenangan Jokowi-Maruf
Jika sesuai dengan data dari BMKG yang diterima pihaknya, sebut Ismail, cuaca ekstrem itu akan terus terjadi di Aceh Jaya hingga sepekan ke depan.
Cuaca ekstrem tersebut juga terjadi pada waktu siang menjelang sore dengan datangnya angin kencang tiba-tiba.
"Biasanya angin kencang disertai dengan hujan terjadi di waktu siang menjelang sore, karena kita harus siaga. Untuk nelayan, kami juga mengimbau untuk berhati-hati. Walaupun laut terlihat tenang, tapi sewaktu-waktu bisa saja cuaca berubah, apalagi menurut BMKG tinggi gelombang saat ini mencapai empat meter," pesan Ismail. (mir/dik/c38/c52/bah/naz/zb/fit)
Artikel ini telah tayang di serambinews.com dengan judul Badai Terjang Delapan Daerah