"Hari ini, tepat 4 tahun lalu merupakan salah satu hari yang tidak akan pernah dilupakan oleh keluarga kami.
Hari di mana kami harus terpaksa dipisahkan dengan Ayah, di mana pada saat itu kami sama sekali tidak mengetahui berapa lama perpisahan ini akan berlangsung.
Yang kami tau hanyalah Ayah resmi ditahan oleh KPK & tidak bisa kami temui selama 7 hari.
Mengingat dan membayangkan berbagai berkah yang diberikan oleh Yang Maha Kuasa kepada kami sekeluarga selama 4 tahun belakangan ini, membuat saya sedikit lupa bagaimana perasaan saya di hari itu.
Seakan lupa dengan perasaan sedih & hancurnya hati saya kala itu karena tidak bisa berhenti bersyukur atas kebaikan Allah pada kami sampai hari ini.
Tetapi ada 1 hal yang saya ingat & tidak akan saya lupakan. Kesedihan yang tak terbendung dalam sosok Aliyah Mustika.
Ya, orang yang kami panggil Ibu.
Pada tanggal 10 Juli 2015, rasanya mustahil & tidak mungkin apabila saya sebagai seorang remaja perempuan yang sedang beranjak dewasa, tidak merasakan kesedihan yang mendalam akibat harus dipisahkan dengan sosok Ayah.
Tetapi perasaan sedih itu kemudian semakin memuncak karena harus melihat betapa rapuhnya Ibu di hari itu.
Seakan tidak bisa menerima kenyataan & ingin ikut menemani Ayah di sampingnya.
Tak henti-hentinya beliau menceritakan tentang Ayah sambil menatap kosong dengan berlinang air mata.
Salah satu yang saya ingat adalah saat Ibu bercerita tentang pagi hari itu sebelum Ayah meninggalkan rumah, Ibu sempat menawarkan untuk membawakan bekal kurma untuk buka puasa nanti.
Tetapi Ayah menjawab sambil meyakinkan Ibu : "Tidak perlu. Saya pasti buka puasa di rumah."
Air mata Ibu semakin deras mengalir ketika mengakhiri cerita nya itu. Sebagai seorang anak perempuan, rasanya sangat tidak tega melihat sosok Ibu menangis bagaikan anak kecil.