Laporan Wartawan Tribun Jabar, Mega Nugraha Sukarna
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Sehari-hari, Nana Mulyana (42) warga Kampung Bojong Malati, Desa Rancaekek Kulon, Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung, mengelola bank sampah.
Dari sampah-sampah itu, botol plastik ia gunakan untuk ekobrik (seni mengolah sampah plastik) untuk membuat perahu dan kursi. Sore harinya, ia bersama santri-santrinya, memasukan potongan sampah plastik ke botol plastik.
Malam harinya, ia mengajar kitab kuning untuk 20-an santrinya di rumah miliknya.
"Kalau siang kelola bank sampah. Sorenya bikin ekobrik, malam harinya ngajar ngaji kitab kuning, santrinya 20 orang-an lah," ujar Nana ditemui di kediamannya, Selasa (23/7).
Sekaligus upaya mengelola sampah plastik yang dikenal tidak bisa diurai oleh alam. Melalui pola ekobrik yang menggabungkan botol-botol plastik jadi satu bidang dengan lem, Nana bisa membuat perahu hingga kursi yang bisa dijual.
"Ekobrik dari botol dibantui santri. Jadi sebelum ngaji setelah maghrib, kami ekobrik dulu, masukan potongan sampah ke botol. Setelah botol sudah padat dengan sampah plastik, ditempel dengan botol-botol lain sehingga membentuk bidang sesuai yang diinginkan," ujar Nana.
• Rekor Pertemuan Melawan Bali United Jelek, Robert Rene Alberts Janji akan Mengubahnya
Tidak hanya memanfaatkan sampah plastik, Nana juga berkreasi dengan sampah organik pelepah pohon pisang yang mengering. Dari pelepah pisang, ia bisa membuat peci.
"Bikin peci dari pelepah pisang sudah berjalan. Pelepahnya saya ambil, saya pernis sehingga mengeras kemudian untuk variasinya saya bikin pola dengan sistem jahit," ujar Nana.
Hal tersulit dari membuat peci dari pelepah pisang yakni membuat pola variasi di peci serta membuat bagian atas peci. Pola variasi dan penggabungan bagian atas peci dengan bawahnya dibuat dengan sistem jahit.
"Dijahit pak, itu sulit. Harus hati-hati dan pelan-pelan. Kalau tidak, nanti pelepah pisangnya sobek, kalau sobek tidak bisa dipakai," ujarnya.
Peci dari pelepah pisangnya ia beri merek Saman, alias santri mandiri. Ia memasarkannya secara manual maupun pesanan online. Peci ini terbilang khas karena memiliki motif organik layaknya serat pelepah pisang.
"Dijual Rp 50 ribu. Sejauh ini suka ada yang beli karena motifnya unik," ujar dia. Pantauan Tribun, saat ditemui, Nana tampak mengenakan peci itu. Saat dilihat, sama sekali tidak seperti terbuat dari pelepah pisang.
• Begini Suasana Belajar Murid SD yang Sekolahnya Tergusur Proyek Kereta Cepat di Tempat Penampungan
Namun, saat tekstur peci diraba terasa keras. Saat diperhatikan dan diberi penjelasan, barulah diketahui itu terbuat dari pelepah pisang.
"Untuk mengeraskan pelepah pisangnya pakai plitur untuk kayu," ujar Nana.
Daun pelepah pisangnya ia cari keliling kampung. Semula, banyak yang heran kenapa ia mencari pelepah pisang.
"Saya bilang buat bikin peci. Suka pada tidak percaya. Setelah saya bikin peci, mereka malah minta pecinya," ujar Nana seraya tertawa.
Artikel ini telah tayang di tribunjabar.id dengan judul Nana Mulyana Guru Ngaji Kitab Kuning di Bandung, Bikin Perahu dari Plastik hingga Bikin Peci Organik, https://jabar.tribunnews.com/2019/07/23/nana-mulyana-guru-ngaji-kitab-kuning-di-bandung-bikin-perahu-dari-plastik-hingga-bikin-peci-organik?page=2.