"Petani dari daerah lain juga mengambil dari Bandungan karena bibitnya bagus. Karena dibatasi, sehingga tidak dapat dimaksimalkan," ungkapnya saat ditemui di lahannya, Selasa (24/11/2015).
Menurutnya dengan intensitas panen yang dilakukan setiap tiga bulan sekali, dan setiap selesai panen ia langsung mempersiapkan lahan yang akan digunakan untuk penanaman bibit bunga krisan.
Setiap benih yang berupa stek atau potongan batang, dihargai Rp160 per stek. Dengan lahan yang dimilikinya seluas 200 meter persegi ia membutuhkan sekitar 12.500 stek.
"Jika bisa diproduksi sendiri melalui kelompok atau asosiasi, petani bisa menghemat waktu untuk mencari bibit dan bisa menekan biaya. Di samping itu, produksinya bisa dimaksimalkan karena hasil pembibitan akan digunakan sendiri," paparnya.
Sukardi mengatakan petani bunga krisan di Hargobinangun sebenarnya sudah memiliki kemampuan untuk membuat bibit secara mandiri.
Hanya saja belum ada fasilitas khusus dan modal yang memadahi.
"Pembibitan memerlukan fasilitas rumah pembibitan yang berbeda dengan rumah produksi. Modalnya pembuatan rumah pembibitan pun tidak sedikit, bahkan lebih mahal dibandingkan rumah produksi," katanya. (tribunjogja.com)
Artikel ini telah tayang di Tribunjogja.com dengan judul Produksi Bunga Krisan Terkendala Bibit, https://jogja.tribunnews.com/2015/11/24/produksi-bunga-krisan-terkendala-bibit.
Penulis: ang
Editor: dik
(TRIBUNJOGJA.COM)