TRIBUNNEWS.COM, KULON PROGO - Bunga Krisan dari Samigaluh, Kulon Progo konon siap menembus pasar ekspor ke Jepang dalam waktu dekat.
Penyiapan lahan tengah dilakukan untuk mengejar pengiriman pada Desember nanti.
Hal itu diungkapkan Ketua Asosiasi Pengelola Bunga Krisan Seruni Menoreh, Suharso, Selas (30/7/2019).
Penjajakan sudah dilakukan dengan pengiriman sampel produk dan menurut informasi pihak kedutaan Jepang sampel tersebut sudah diterima.
Peluang ekspor krisan ke Jepang menurutnya cukup besar karena tidak setiap waktu negara 4 musim itu bisa menanam krisan.
"Penyiapan lahan mulai dilakukan dan penanaman pada September sehingga ekspor bisa dilakukan pada Desember," jelas Suharso.
Pihaknya akan membedakan lahan tanam untuk kebutuhan pasar lokal dan ekspor.
Ini lantaran ketentuan standar produk untuk ekspor lebih ketat dari sisi mutu serta kualitas di mana harus terbebas dari kutu dan penyakit.
Demikian juga kuntum bungannya harus berjumlah delapan, tingkat kemekaran 30 persen, berat 100 gram per tangkai, dan panjang batang 75 cm.
Warna bunganya pun hanya kuning dan putih dengan varietas kinanti serta puspita nusantara.
Seruni Menoreh menargetkan ada 600.000 tangkai yang bisa diekspor setiap bulan.
Untuk mencapai target tersebut, diperlukan luasan lahan 2 hektare sedangkan saat ini baru ada lahan 700 meter persegi dengan 7 unit kubung.
Tahun 2020 nanti akan disiapkan lagi lahan 6.000 meter persegi dengan 40-50 unit kubung.
Pihaknya percaya, berhasilnya ekspor ke Jepang akan membuka jalan bisnis ke negara lain.
"Jepang kan paling ketat soal kualitas. Kalau bisa ekspor ke Jepang, kami optimistis bisa ekspor ke negara lainnya,"kata Suharso.
Secara total, Seruni Menoreh saat ini memiliki 86 unit kubung yang kebanyakan untuk memenuhi pasar lokal di Kotabaru, Wates, Bantul, dan Purworejo.
Saat panen, satu kubung bisa menghasilkan pendapatan hingga Rp7 juta.
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kulon Progo, Aris Nugraha mengatakan varietas bunga di di Agrowisata Kebun Bunga Krisan akan ditambah agar semakin berdaya tarik.
Direktorat Tanaman Buah dan Flori Kultura, Kementerian Pertanian sudah melaksanakan sosialisasi varietas baru tersebut.
Adapun di Smaigaluh kini hanya ada 8 varietas bunga krisan yang ditanam.
Yakni, puspita nusantara, cacardi, marimar, yulimar, fiji pink, fewi ratih, jarum/sena dan lolyred.
Pihaknya berharap kawasan agrowisata ini terus berkembang menjadi ikon wisata unggulan.
Terkendala Bibit
Meski memiliki pasar yang menjanjikan, produksi bunga krisan di Sleman terkendala pembibitan.
Pasalnya hingga saat ini, petani bunga krisan yang berpusat di Hargobinangun, Pakem belum dapat melakukan pembibitan secara mandiri.
Sejauh ini, petani mengandalkan bibit bunga krisan yang didatangkan dari luar daerah. Kondisi tersebut berpengaruh pada jumlah produksi panen bunga krisan yang dihasilkan.
Seorang petani bunga krisan di Sidorejo, Hargobinangun, Sukardi (63) mengatakan setiap kali selesai panen, petani langsung membeli bibit dari Bandungan, Ambarawa, Semarang.
Namun pembelian sangat dibatasi lantaran di daerah asalnya, bibit tersebut tidak hanya dimanfaatkan oleh petani di Hargobinangun saja.
"Petani dari daerah lain juga mengambil dari Bandungan karena bibitnya bagus. Karena dibatasi, sehingga tidak dapat dimaksimalkan," ungkapnya saat ditemui di lahannya, Selasa (24/11/2015).
Menurutnya dengan intensitas panen yang dilakukan setiap tiga bulan sekali, dan setiap selesai panen ia langsung mempersiapkan lahan yang akan digunakan untuk penanaman bibit bunga krisan.
Setiap benih yang berupa stek atau potongan batang, dihargai Rp160 per stek. Dengan lahan yang dimilikinya seluas 200 meter persegi ia membutuhkan sekitar 12.500 stek.
"Jika bisa diproduksi sendiri melalui kelompok atau asosiasi, petani bisa menghemat waktu untuk mencari bibit dan bisa menekan biaya. Di samping itu, produksinya bisa dimaksimalkan karena hasil pembibitan akan digunakan sendiri," paparnya.
Sukardi mengatakan petani bunga krisan di Hargobinangun sebenarnya sudah memiliki kemampuan untuk membuat bibit secara mandiri.
Hanya saja belum ada fasilitas khusus dan modal yang memadahi.
"Pembibitan memerlukan fasilitas rumah pembibitan yang berbeda dengan rumah produksi. Modalnya pembuatan rumah pembibitan pun tidak sedikit, bahkan lebih mahal dibandingkan rumah produksi," katanya. (tribunjogja.com)
Artikel ini telah tayang di Tribunjogja.com dengan judul Produksi Bunga Krisan Terkendala Bibit, https://jogja.tribunnews.com/2015/11/24/produksi-bunga-krisan-terkendala-bibit.
Penulis: ang
Editor: dik
(TRIBUNJOGJA.COM)