Hingga suatu ketika yang Asma hanya ingat bahwa itu setelah bulan Ramadhan, suaminya Hanafiah menyampaikan bahwa sudah mempunyai uang Rp 23 juta dan mau mendaftar haji untuk mereka berdua.
Asma kaget bukan kepalang.
"Terkejut saya ketika disampaikan setelah dihitung ada uang 23 juta rupiah. Saya tanya kenapa tidak bilang ke saya, kalau meninggal tidak ada yang tahu," kata Asma dengan wajah serius.
Menurut Asma, suaminya tersebut merupakan tipe laki-laki pendiam dan jarang menyampaikan sesuatu yang belum pasti.
Bahkan, uang yang ditabung untuk daftar haji pun baru diketahui setelah sang suami menukarkan uang pecahan tersebut ke bank.
Dari pengakuan suaminya, uang tersebut merupakan hasil berjualan sayur setiap hari di Pasar Nibong.
Tanpa ada yang tahu, sang suami menyisihkan hasil jualannya dengan menyimpan di bawah kasur tidurnya.
Niat dan tekad yang kuat untuk memenuhi panggilan Allah, membuat Hanafiah tak pernah khawatir dengan keberadaan uang tersebut.
Saban hari, mulai pukul 05.00 WIB, Hanafiah tersebut mengayuh sepeda dari rumah ke jalan utama.
Selanjutnya naik mini bus menuju Pasar Inpres Lhokseumawe untuk berbelanja bahan dagangan berupa sayur, ikan asin, dan lainnya untuk dijual kembali di Pasar Nibong.
"Kalau saya katakan mungkin dalam sehari disimpan 2.000 rupiah. Karena saya tidak tahu berapa penghasilan dari jualan itu, tidak pernah dibicarakan," kata Asma soal jumlah uang yang disisihkan suaminya dari hasil berjualan sayur.
Tentu saja uang Rp 23 juta tidak cukup untuk keduanya mendaftar haji.
Beruntung suami istri ini punya anak yang berbakti, sehingga kekurangan dana itu ditambah oleh anaknya yang langsung mendaftarkan kedua orang tuanya sebagai calon jamaah haji pada tahun 2015.
Karena faktor usia yang sudah lanjut, keduanya menjadi JCH pada musim haji tahun ini.