TRIBUNNEWS.COM, JAYAPURA - Hingga Selasa (20/8/2019) pagi sekitar pukul 10.21 WIT, layanan data Telkomsel di Kota Jayapura, Papua masih belum pulih, bahkan terputus.
Beberapa warga pun mengaku terganggu akibat masalah ini karena aktivitasnya juga bergantung dengan layanan data.
Seperti Fitus Arung, salah satu sopir Grab Car, mengeluh karena sejak Senin (19/8/2019) sore ia tidak bisa mencari penumpang.
"Hari kini jaringan belum ada, tidak bisa cari penumpang lagi," ujarnya di Jayapura.
Ia menyayangkan pemberitahuan yang dikeluarkan oleh Kominfo yang menggunakan kata pembatasan layanan data untuk menghindari penyebaran kabar hoaks.
Menurut dia hal itu kurang tepat karena yang terjadi adalah pemutusan layanan data.
"Ini bukan pembatasan, kalau pembatasan sinyalnya masih ada, ini tidak ada sama sekali," tutur Fitus.
Hal berbeda dialami oleh Ria Susmiyati yang bekerja di salah satu bank BUMN. Ia mengaku saat masih di rumah di wilayah Kotaraja, Abepura, memang tidak ada sinyal data, namun ketika tiba di tempat kerjanya di Arso, Kabupaten Keerom, ternyata sinyal data tersedia.
"Ternyata sinyal data di Keerom ada, berarti pembatasan hanya di Jayapura saja," katanya.
Putusnya layanan data di Jayapura terjadi sejak Senin sore sekitar pukul 17.00 WIT atau saat massa aksi protes menyampaikan orasi di Kantor Gubernur Papua.
Diberitakan sebelumnya, Ferdinandus Setu selaku Plt Kepala Biro Humas Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) RI menyatakan jika Kementerian Kominfo telah melakukan throttling atau pelambatan akses jaringan data di beberapa wilayah Papua di mana terjadi aksi massa pada Senin (19/8/2019).
Pembatasan jaringan data dilakukan di Manokwari, Jayapura dan beberapa tempat lain. Pelambatan akses dilakukan secara bertahap sejak Senin (19/8/2019) pukul 13.00 WIT.
Menurut Ferdinandus, seiring semakin kondusifnya suasana di Papua dan Papua Barat, maka akses layanan data akan kembali pulih secara berkala mulai 20.30 WIT.
"Dapat kami sampaikan bahwa tujuan dilakukan throttling adalah untuk mencegah luasnya penyebaran hoaks yang memicu aksi," kata dia melalui rilis.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Layanan Data Telkomsel di Jayapura Masih Terputus"
Bakar Kios
Massa di area kilometer 10, Kota Sorong, Papua Barat, membakar dua kios, Selasa (20/8/2019) pagi.
Berdasarkan pantauan jurnalis Kompas TV di Sorong, Djasman, awalnya, sekitar pukul 09.00 WIT, massa memblokade jalan di pertigaan kilometer 10.
Polisi yang tiba kemudian memukul mundur massa dengan memberikan imbauan agar membubarkan diri.
"Atas nama undang-undang, kami minta untuk membubarkan diri," ucap seorang polisi melalui pengeras suara.
Tak digubris, polisi kemudian melepaskan tembakan gas air mata. Massa membalasnya dengan lemparan batu.
Dua mobil water cannon dikerahkan untuk memukul mundur massa. Massa yang tidak terima kemudian membakar dua kios.
Aksi massa yang dilakukan Selasa pagi merupakan aksi lanjutan pada Senin (19/8/2019)kemarin.
Hingga Selasa siang aksi massa masih berlangsung.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Massa di Kota Sorong Kembali Blokade Jalan dan Bakar Dua Kios"
Napi Kabur
Aksi demonstrasi yang berujung kerusuhan di Manokwari pada Senin (20/8/2019) meluas hingga ke Sorong Papua Barat.
Di Sorong, Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Sorong sempat dibakar dan dijebol oleh narapidana setelah sebelumnya terjadi kerusuhan di luar Lapas.
Massa yang berada di luar Lapas melempari Gedung Lapas dengan batu sehingga membuat narapidana yang berada di dalam lapas terprofokasi.
Akibat kejadian tersebut, gedung lapas bahkan dibakar para Narapida dan beberapa Napi melarikan diri keluar Lapas.
Diberitakan Tribunnews.com sebelumnya, kerusuhan didalam Lapas tersebut dibenarkan oleh Kepala Bagian Humas Ditjen PAS, Ade Kusmanto.
"Memang benar, ada provokasi dari para pendemo di luar Lapas. Mereka melempari gedung Lapas dan membuat para penghuni Lapas terprovokasi," tuturnya, Senin (19/8/2019).
Baca: 5 Fakta Kerusuhan di Manokwari yang Dipicu Kabar Provokasi Hingga Mahasiswa Papua Diamankan Polisi
Dia mengatakan, para narapidana tersebut juga melawan petugas yang tengah berjaga dan membakar Lapas.
Menurutnya, sebanyak 258 dari 552 warga binaan Lapas melarikan diri akibat peristiwa tersebut.
Sementara itu dikabarkan Kompas.com, kejadian bermula pada Senin (19/8/2019) pukul 13.00 waktu setempat saat terjadi teriakan di dalam Lapas Sorong, nemun saat itu petugas dapat meredamkan situasi.
Kemudian pukul 16.15 waktu setempat terjadi pelemparan batu dari samping Lapas Sorong.
Sekitar pukul 17.00, ada yang menjebol tembok bagian kanan Lapas Sorong dan jendela ruang registrasi sehingga menjadi jalan bagi narapidana untuk melarikan diri.
Pada pukul 19.00 malam, situasi di Lapas Sorong sudah kondusif.
Kerusuhan massa di Sorong tak hanya terjadi di Lapas Sorong, namun juga terjadi Polsek Sorong Kota serta Bandara Domine Eduard Osok.
Di Polsesk Sorong Kota, meski telah dijaga aparat yang bertugas, namun massa tetap melakukan penyerangan dengan melempari batu.
Baca: 258 Napi Kabur Saat Rusuh di Lapas Sorong
Kapolres Sorong Kota, AKBP Mario Siregar membenarkan terkait penyerangan terhadap Polsek Sorong Kota.
Massa bisa ditenangkan setelah mendapat imbauan secara persuasif.
“Massa melakukan penyerangan dengan melempar pakai batu, meski kami sudah sudah berjaga guna mengantisipasinya.”
“Massa menghentikan aksinya setelah dihimbau secara persuasif,” kata Kapolres.
Sementara di Bandara Domine Eduard Osok (DEO) di Sorong, diberitakan Kompas TV massa sempat mengamuk dan merusak sejumlah fasilitas bandara.
Massa merusak puluhan motor yang berada di pelataran parkir. Selain itu, massa juga merangsek masuk ke lobi bandara dengan membawa tongkat.
Akibat kerusuhan tersebut, beberapa jadwal penerbangan menuju Manokwari sempat mengalami delay. Jadwal penerbangan pukul 09.00 WIT ditunda sampai pukul 14.00 WIT.
Aksi di Sorong ini buntut kerusuhan yang menyebar dari Manokwari, Papua Barat pada Senin (19/8/2019).
Karo Penmas Divisi Humas Polri Dedi Prasetyo menyatakan, insiden kerusuhan tersebut diakibatkan adanya massa yang terprofokasi oleh sebuah konten di media sosial tentang sebuah peristiwa yang terjadi di Surabaya.
Baca: Siapa Pihak yang Dimaksud Kapolri Memomobilisasi Massa Saat Rusuh di Kota Manokwari?
Atas kejadian tersebut, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menanggapi aksi unjuk rasa yang berujung kerusuhan itu.
Jokowi meyakinkan bahwa pemerintah akan selalu menjaga kehormatan dan kesejahteraan masyarakat Papua dan Papua Barat.
"Yakinlah bahwa pemerintah akan terus menjaga kehormatan dan kesejahteraan Pace (Bapak), Mace (Ibu), Mamak-mamak di Papua dan Papua Barat," kata Jokowi di Istana Kepresidenan pada Senin (19/8/2019).
Menurut Jokowi, alangkah lebih baiknya jika sesama warga negara Indonesia untuk saling memaafkan atas insiden yang terjadi.
"Saya tahu ada ketersinggungan. Sebagai saudara sebangsa dan setanah air yang paling baik itu memaafkan," ucap Jokowi. "Emosi itu boleh tapi memaafkan lebih baik. Sabar juga lebih baik," kata dia.
(Tribunnews.com/tio)