Sebab, menurut Retno, banyak bukti sejarah yang menunjukkan adanya Kerajaan Sriwijaya.
"Buktinya apa (menyebut Kerajaan Sriwijaya fiktif) coba tunjukkan," kata Retno, Senin (26/8/2019).
Retno menerangkan, buku dari peneliti seluruh negeri banyak membahas soal Kerajaan Sriwijaya.
Selain itu, prasasti Kerajaan Sriwijaya juga ditemukan.
"Pada zaman Belanda juga sudah disebutkan mengenai Kerajaan Sriwijaya. Bahkan, sampai sekarang masih jadi perebutan soal kota Sriwijaya. Kalau fiktif, kenapa harus diperebutkan," ujarnya.
Terpisah, sejarawan Sumsel Vebry Al Lintani menyebutkan, ucapan Ridwan merupakan pendapat pribadi tanpa didukung dengan fakta sejarah.
"Kami tidak tahu apa maksud dan tujuannya mengatakan demikian. Menurut saya, itu pendapat pribadi," kata Vebry.
Baca: Misteri Tengkorak Manusia di Banyumas Tersingkap, Ini Kronologi serta Motif Pelaku Pembunuhan
Vebry pun mengungkapkan, berdirinya Kerajaan Sriwijaya bisa dilihat dari prasasti Kedukan Bukit, Talang Tuo, dan Telaga Batu. Seluruh prasasti itu sudah ada sejak abad ke-7 Masehi.
"Ada juga catatan sejarah peninggalan I-Tsing atau Yi Jing, seorang biksu dari Tiongkok, dalam bukunya Nanhai yang menyebutkan pernah singgah ke Kerajaan Sriwijaya. Artinya jelas ada dan besar (Kerajaan Sriwijaya)," ucapnya. (Kontributor Palembang, Aji YK Putra)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul: Sebut Sriwijaya Kerajaan Fiktif, Budayawan Betawi Ridwan Saidi Terancam Dilaporkan ke Polisi
Dianggap cari sensasi
Baca: Seputar Hukuman Kebiri di Mojokerto: Keluarga Maupun IDI Menolak Hingga Respon Kejaksaan Agung
Sementara itu, Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru meminta warga untuk tidak terlalu menanggapi pernyataan Ridwan Saidi, budayawan asal Betawi yang menyebutkan Kerajaan Sriwijaya adalah fiktif.
Sebab, menurut Herman, banyak bukti sejarah dan peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang sampai sekarang ditemukan oleh para arkelog.
Herman menjelaskan, Kerajaan Sriwijaya tidak seketika muncul.