TRIBUNNEWS.COM, SUBANG - Anggota DPR RI dari daerah pemilihan Subang, Majalengka dan Sumedang (SMS), Maruarar Sirait, mengucapkan terima kasih kepada warga Blanakan Subang yang telah mempercayainya menjadi anggota DPR selama tiga periode atau selama 15 tahun dari 2004 sampai 2019.
Ucapan terima kasih secara langsung ini disampaikan Maruarar dalam acara silaturrahmi Maruarar dengan warga Blanakan yang dihadiri sekitar seribu orang.
Mereka terdiri dari pengurus DPC PDI Perjuangan Subang, Pengurus Anak Cabang, Pengurus Ranting, petani tambak, nelayan, guru honerer. karang taruna, majelis taklim, Banser NU serta 200 anak yatim.
Hadir pula Ketua DPD PDI Perjuangan Jawa Barat, Ono Surono dan Ketua DPC PDI Perjuangan Subang, Wawan Yudia.
"Saya ucapkan terima kasih kepada warga Blanakan Subang yang telah mempercai saya. Semoga anggota DPR dari dapil ini lebih sayang kepada rakyat, lebih baik dan lebih bisa memperjuangkan aspirasi warga Subang, khususnya dari kecamatan Blanakan," kata Maruarar di hadapan seribu orang di Blanakan, Subang, Jawa Barat pada Jumat (30/8/2019).
Maruarar menegaskan bahwa di Subang ini ia menemukan nilai-nilai Pancasila yang diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Ia yang bersuku Batak dan beragama Kristen bisa bekerja sama dengan warga Subang yang sekitar 95 persennya bersuku Sunda dan beragama Islam
"Di Subang saya bertemu dengan orang-orang Islam yang ramah, toleran, santun dan sangat baik serta Pancasilais" tegas Ara, yang juga Ketua Umum DPP Taruna Merah Putih (TMP).
Maruarar juga mengingatkan bahwa saat ini masih ada ancaman radikalisme. Radikalisme ini mau tak mau harus diakui masih ada.
Presiden Joko Widodo sendiri mengatasi radikalisme dengan berbagai program pemerataan seperti Kartu Indonesia Pintar (KIP), Kartu Indonesia Sehat (KIS) serta Program Keluarga Harapan (PKH).
"Mari kita juga solid dan kompak, gotong royong melawan radikalisme dan terorisme," ungkap Maruarar.
Dalam kesempatan ini, Maruarar juga mengajak berdialog dengan perwakilan elemen masyarakat yaitu guru honorer, nelayan dan petani tambak. Maruarar ingin mendengar langsung aspirasi dari masyarakat secara langsung sebagai wujud kinerja sebagai anggota DPR.
Juhendi, seorang guru honorer, berharap agar dimudahkan dalam hal sistem untuk menjadi aparatur sipil negara (ASN). Sebab banyak guru honoerer yang sudah bertahun-tahun mengabdi namun tak juga diangkat sebagai ASN. Di saat yang sama, tunjangan mereka pun tidak cukup.
"Saya digaji Rp 700 ribu per bulan," kata guru SMK Cahaya Raya Blanakan yang sudah mengajar selama tiga tahun ini.
Kepada Juhendi, Maruarar bertanya apakah gaji tersebut cukup. Juhendi, yang memiliki satu anak ini mengatakan bawa tidak cukup. Namun ia menjadikan posisi guru tersebut sebagai pengabdian. Untuk mencukupi kehidupan sehari-hari ia bekerja di bengkel.
Maruarar, yang mendengarkan dengan seksama, sangat mengapresiasi Juhendi yang menjadikan posisi guru sebagai tempat pengabdian. Ia pun mengapresiasi Juhendi yang bekerja di Bangkel.
"Nanti saya bantu gotong royong untuk mendirikan bengkel, dan nanti libatkan anak-anak muda disini ya," kata Maruarar, yang disambut ucapan terima kasih dari Juhendi.