Laporan Wartawan Tribunsolo.com - Adi Surya
TRIBUNNEWS.COM, SOLO - Sesaji maupun barang lainnya yang ikut diarak dalam Kirab Pusaka Malam 1 Suro dipercaya memberikan berkah tersendiri bagi mereka yang mempercayai.
Salah satunya ialah memberikan berkah kesembuhan bagi mereka yang sedang sakit.
Keyakinan akan kesembuhan ini kiranya dipercaya oleh seorang warga asal Sragen, Dalimin (65).
Dalimin mengaku setiap tahun ia datang Kirab Pusaka Malam 1 Suro yang diselenggarakan Pura Mangkunegaran dan Keraton Kasunanan Hadiningrat.
"Setiap tahun datang untuk cari berkah bahkan sebelum punya istri," tutur Dalimin kepada TribunSolo.com, Sabtu (1/9/2019).
Di Kirab Pusaka Malam 1 Suro tahun ini, Dalimin berhasil mendapat sejumlah bunga melati.
"Melati ini untuk menolong orang yang sakit," tutur Dalimin.
"Ini nanti ditambah dengan air yang saya dapat dari Kirab Malam 1 Suro di Pura Mangkunegaran tadi.
"Campuran ini nantinya bisa diminum, ditempel, ataupun dioleskan ke bagian yang sakit," imbuh Dalimin.
Dalimin mengatakan berkah kesembuhan ini bisa didapat asalkan percaya.
"Itu tinggal orangnya, kalau orangnya percaya insyaallah sembuh," tutur Dalimin.
Tak hanya Dalimin, seorang warga asal Sukoharjo, Tatik Tia juga mempercayai akan berkah Malam Pusaka 1 Suro.
Tatik Tia mengaku ini baru kali kedua dirinya datang dan melihat Kirab Pusaka Malam 1 Suro.
"Ini merupakan kali kedua saya datang ke kirab ini dan saya sudah menunggu disini sejak jam tujuh malam," ujar Tatik Tia.
Tatik Tia mengaku mendapatkan janur di kirab pusaka tahun ini.
"Ya, katanya kalau dapat janur bisa cepat dapat jodoh," tutur Tatik Tia.
Kungkum di Tugu Soeharto
Di tempat terpisah, ribuan orang beramai-ramai mengunjungi sepanjang Jalan Menoreh Timur IV, Bendan Dhuwur, Gajahmungkur, Kota Semarang, tepatnya di sekitaran Tugu Soeharto, Sabtu (30/8/2019) malam.
Mereka datang di acara Gebyar Tahun Baru 1441 Hijriyah 2019, perayaan 1 Muharram atau lebih sering dikenal di Jawa dengan Malam Satu Suro.
Keramaian ada di beberapa titik, yaitu di Tugu Suharto, di sungai tempat pertemuan antara Kaligarang dan Kali Kreo dan di jembatan di atas tugu.
Di sana tersaji berbagai macam kuliner dan lapak yang menjual barang-barang sehari-hari.
Terdapat juga sebuah panggung hiburan bernuansa Islam yang berada di sebelah SPBU Sampangan Baru.
Keramaian itu berlangsung hingga larut malam.
Menurut seorang panitia penyelenggara yang juga pengurus LPMK setempat, Didot Supardi, acara rutin tahunan itu bertujuan untuk menghilangkan kesan mistis Malam Satu Suro oleh sebagian orang.
"Isi acara lebih bersifat Islami karena kami ingin mengubah mindset orang-orang bahwa ini bukan kegiatan yang berbau mistis," ujarnya kepada Tribunjateng.com.
Pihaknya berupaya akan menjadikan event tersebut menjadi salah satu destinasi wisata religi di Kota Semarang.
"Ada penampilan rebana, pengajian anak-anak, kemudian makanan-makanan dan lapak dari para pengusaha yang tempatnya kami sediakan," imbuhnya.
Baca: Uki Hijrah dan Terjun ke Dunia Bisnis Baju Usai Hengkang dari NOAH
Baca: Kasus Pembunuhan 4 Bersaudara di Banyumas, Edi Pranoto Selamat karena Tak Tinggal Bersama Misem
Selain perayaan itu, terdapat juga ritual di sekitar Tugu Soeharto, yaitu kungkum atau berendam.
Pada tradisi itu, orang-orang yang kebanyakan berasal dari luar wilayah itu akan berendam di aliran air tempat pertemuan Sungai Kaligarang dan Kali Kreo yang biasa disebut Tempuran.
"Tradisi kuno memang masih ada di sini, khususnya untuk orang yang masih punya kepercayaan tertentu atau Kejawen," ungkap Supardi.
"Tujuannya masing-masing sesuai kepercayaan, misalnya mencari berkah atau koreksi diri," lanjutnya.
Warga yang kungkum dimulai sekitar pukul 22.00 hingga 3.00 WIB. (tribunjateng/rez)
Artikel ini telah tayang di Tribunsolo.com dengan judul Cerita Masyarakat di Kirab Malam 1 Suro Keraton Solo, Mulai Berkah Kesembuhan Hingga Enteng Jodoh