TRIBUNNEWS.COM - Polisi dan pemerintah terus melakukan penanganan terhadap kerusuhan yang terjadi di Papua belakangan ini.
Kabar terkini, diduga ada tiga kelompok yang menjadi dalang kerusuhan tersebut.
Mabes Polri juga menyebut ada aktor intelektual yang menargetkan dua agenda ini.
Sejumlah aksi unjuk rasa yang digelar warga Papua berakhir dengan kerusuhan belakangan ini.
Unjuk rasa yang dilakukan di sejumlah wilayah di Papua menyusul dugaan tindakan rasisme yang dialami oleh mahasiswa Papua di Surabaya beberapa waktu lalu.
Baca: Polisi Belum Temukan Jenazah 5 Penambang Emas Korban Penyerangan di Yahukimo Papua
Baca: Mabes Polri: Kerusuhan Papua Dirancang Berlangsung Hingga 1 Desember
Pemerintah menyebut adanya keterlibatan beberapa pihak dalam kerusuhan tersebut.
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto mengatakan, kerusuhan yang terjadi di Papua ditunggangi oleh pihak tertentu untuk menciptakan kekacauan.
"Memang rusuh ini ada yang menunggangi, mengompori, memprovokasi, ada yang sengaja dorong terjadi kekacauan," katanya, Jumat (30/8/2019) malam dikutip dari Kompas.com.
Pemerintah juga kerap menyebut-nyebut sosok Benny Wenda sebagai dalang di balik kerusuhan.
Senada dengan Wiranto, Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu menyebut, adanya kelompok yang terafiliasi ISIS di Papua.
"Sebagai catatan, terdapat kelompok lain yang berafiliasi dengan ISIS telah menyerukan jihad di tanah Papua," kata Ryamizard dalam rapat bersama Komisi I DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (5/9/2019).
Masih mengutip dari sumber yang sama, setidaknya ada tiga kelompok yang berada di balik pemberontakan di Papua.
Tiga kelompok tersebut adalah kelompok bersenjata, poliyi, dan klandestin atau rahasia.
"Perlu kami jelaskan kelompok di Papua ini ada tiga kelompok, yaitu kelompok pemberontak bersenjata, kelompok pemberontak politik dan kelompok pemberontak klandestin," katanya.