Dari hasil pemeriksaan, Khadija dinyatakan normal kesehatannya.
Hal itu karena kartu menuju sehat (KMS) Posyandu menunjukkan grafik kesehatan dan gizi Khadija berada di warna hijau.
Meski demikian, dalam waktu lama, menurut Mandaria, konsumsi kopi secara terus-menerus akan berdampak buruk pada pertumbuhan kesehatan Khadija.
"Kami sudah mengimbau orangtua dan keluarga bocah Khadija, agar kebiasaan menyeruput kopi tubruk itu tidak lagi dilakukan.
Petugas kesehatan telah menyalurkan bantuan susu dan makanan pelengkap seperti biskuit, agar Khadija bisa minum susu dan tumbuh sehat seperti anak seusianya,” kata Mandaria.
Menurut Mandaria, petugas kesehatan telah beriskusi dengan pihak keluarga, agar kebiasaan Khadijah minum kopi segera dihentikan.
Dinas Kesehatan telah memberikan bantuan berupa susu dan makanan balita, agar Khadija beralih dari kebiasaan meminum kopi.
Pekerjaan orangtua Khadijah
Anita mengaku gaji Rp 20.000 sebagai buruh kupas kopra bersama suaminya, hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan dapur kecil keluarganya.
"Ya mau diapalagi, pendapatannya tidak cukup untuk membeli susu. Terpaksa setiap hari hanya diberi dot berisi kopi,” jelas Anita dikutip TribunJakarta.com dari Kompas.com
Menurut Anita, Ia dan suaminya Sarifuddin hanya menggantungkan hidup dari upah bekerja sebagai pengupas kopra.
Saat musim panen, Sarifuddin kerap beralih profesi menjadi buruh angkut padi di sawah karena upahnya lebih besar.
Namun usai panen, ia kembali menekuni profesi sebagai buruh kupas kopra.
Selama sehari bekerja, maksimal ia mendapatkan penghasilan bersama suaminya hingga Rp 40.000.