Bayi 14 Bulan yang Kecanduan Kopi Akhirnya Diberi Susu, Jika Susu Habis, Akan Diberi Air Putih
TRIBUNNEWS.COM - Bayi 14 bulan asal Polewali Mandar yang viral karena diberi minum kopi oleh orang tuanya akhirnya mulai dibiasakan minum susu.
Bantuan banyak berdatangan setelah kisah Khadijah Haura (14 bulan) viral karena diberi minum kopi oleh orang tuanya sebagai pengganti susu.
Dilansir Kompas.com, selain susu, Khadijah juga diberi biskuit sebagai makanan pendamping.
Ibu Khadijah, Anita, berjanji tidak akan lagi memberikan anaknya kopi meski sang anak merengek jika tidak diberi kopi.
“Saya berusaha menyuguhi susu dan makanan pendamping seperti biskuit biar dia bisa melupakan kebiasaan minum kopi,” jelas Anita kepada Kompas.com, Kamis (19/9/2019).
Baca: Bayi 14 Bulan di Polewali Mandar Diberi Minum Kopi, Sang Ibu Mengaku Tak Bisa Beli Susu
Baca: Gempa M 6,0 Kembali Guncang Tuban Jawa Timur Siang Ini, Terasa hingga Jogja, Solo, dan Bali
Namun, Anita tetap berusaha membujuk anaknya agar terbiasa tanpa kopi.
Jika nantinya susu habis, Anita akan memberikan anaknya air putih.
Anita sudah menerima banyak masukan dari berbagai pihak yang mengatakan bahwa kopi tidak baik bagi kesehatan bayi.
Kepala Dinas Kesehatan Polewali Mandar, Suaib Nawawi mengatakan, minimnya pengetahuan tentang pola asuh anak menjadi penyebaba Khadijah diberi minum kopi oleh orangtuanya.
Pada anak seusia Khadijah, sangat buruk jika mengonsumsi kopi.
Gejala yang bisa dirasakan salah satunya adalah gangguan saraf hingga bisa menyebakan bocah mengalami osteoporosis.
Berikut fakta-fakta bayi 14 bulan diberi minum kopi sebagai pengganti susu seperti yang dihimpun dari Kompas.com.
1. Pekerjaan Orang Tua Khadijah
Kedua orang tua Khadijah, Sarifuddin dan Anita, terpaksa memberi minum bayinya itu dengan kopi karena tak mampu membeli susu.
"Ya mau diapalagi, pendapatannya tidak cukup untuk membeli susu. Terpaksa setiap hari hanya diberi dot berisi kopi."
"Bahkan ia tak bisa tidur kalau tidak minum kopi. Biasa merengek minta kopi sebelum tidur,” jelas Anita saat ditemui wartawan Kompas.com di rumahnya, Sabtu (14/9/2019).
Menurut Anita, gaji sebesar Rp 20.000 sebagai buruh kupas kopra bersama suaminya, hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan dapur kecil keluarganya.
Anita dan suaminya hanya menggantungkan hidup dari upah bekerja sebagai pengupas kopra.
Saat musim panen, suaminya kerap beralih profesi menjadi buruh angkut padi di sawah karena upahnya lebih besar.
Namun usai panen, ia kembali menekuni profesi sebagai buruh kupas kopra.
Selama sehari bekerja, maksimal ia mendapatkan penghasilan bersama suaminya hingga Rp 40.000.
Itu pun jika ada kelapa yang bisa diolah jadi kopra.
Saat bahan bakunya habis ia kerap beristirahat sampai ada bahan baku terkumpul untuk diolah.
Meski begitu, kepala Dusun Bulung, Sarifuddin, tidak beranggapan, orang tua Khadijah tidak termasuk keluarga miskin.
"Tidak miskin ini. Kalau pekerjaan saya akui hanya buruh kupas kopra," katanya kepada Kompas.com, Senin (16/9/2019) sore.
Sarifuddin mengatakan, orangtua Khadijah tinggal di rumah mertua yang dinilai masih layak.
Mertua pasutri itu juga bukan yang termasuk golongan warga miskin.
2. Bantuan Mulai Berdatangan
Setelah kisah Khadijah viral, bantuan mulai berdatangan dari berbagai pihak.
Pemerintah desa setempat, warga, Dinkes Polewali Mandar hingga perwakilan perusahaan susu datang ke kediaman Khadijah untuk memberinya bantuan.
"Dua hari ini rumah ramai dikunjungi tamu. Sebagian datang ingin melihat kondisi Khadijah. Sebagian lain menyalurkan bantuan makanan dan susu," kata Anita kepada Kompas.com.
"Tadi ada beberapa pihak datang ke rumah, termasuk petugas kesehatan tadi datang bawa susu tiga kardus dan biskuit."
3. Kondisi Khadijah Selama Ini Termasuk Normal
Meski mengonsumsi kopi tubruk, pertumbuhan fisik bayi Khadijah seperti anak normal lainnya.
Menurut orang tuanya, Khadijah tergolong anak super aktif.
Meski usianya baru 14 bulan, dia sudah mahir berjalan sendiri, hingga aktif bermain bersama teman-teman sebayanya.
Ia bahkan kerap membuat kedua orangtuanya tak bisa tidur lantaran terlalu aktif bermain sendiri.
"Biasa-biasa saja, tidak ada kelainan apa pun, malah anak saya kelihatan lebih lincah dan agresif dari anak lainnya."
"Bukan saja lincah, tapi kerap memanjat-manjat apa saja di depannya," tutur Anita kepada Kompas.com.
4. Dinas Kesehatan Polewali Mandar Turun Tangan
Tim medis dari Dinas Kesehatan Polewali Mandar, Sulawesi Barat, turun tangan memeriksa kondisi kesehatan Khadijah Haura yang diberikan lima gelas kopi setiap hari oleh orangtuanya.
Dilansir Kompas.com, Kepala Bidang Bina Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Polman, Mandaria Saleh mengatakan, dari hasil pemeriksaan petugas medis serta kartu menuju sehat (KMS) posyandu menunjukkan, grafik kesehatan dan gizi Khadijah berada di warna hijau.
Artinya pertumbuhan Khadijah normal.
Meski hasil pemeriksaan kesehatan sang bocah tidak menunjukkan adanya tanda-tanda gangguan pertumbuhan kesehatan, tapi dalam jangka panjang bisa berpotensi menganggu pertumbuhan Khadijah.
Karenanya petugas kesehatan telah berdiskusi dengan orangtua Khadijah agar kebiasaan minum kopi segera dihentikan.
Dampak buruk minum kopi bagi bayi seusia Khadijah memang belum bisa terlihat saat ini.
Tapi dalam jangka panjang akan berdampak buruk.
"Karenanya kita sudah mengimbau orangtua dan keluarga bocah Khadijah agar kebiasaan menyeruput kopi tubruk itu tidak lagi dilakukan."
"Petugas kesehatan telah menyalurkan bantuan susu dan makanan pelengkap seperti biskuit agar bocah Khadijah bisa minum susu dan tumbuh sehat seperti anak seusianya," ujar Mandaria.
Dinas Kesehatan telah memberikan bantuan berupa susu dan makanan balita, agar Khadijah beralih dari kebiasaan meminum kopi.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie/Kompas.com, Junaedi)