TRIBUNNEWS.COM - Chanee Kalaweit memang bukan orang asli Indonesia. Namun, dedikasinya untuk kelestarian satwa dan lingkungan di Indonesia patut diacungi jempol.
Pria dengan nama asli Aurelien Francis Brule sudah 21 tahun mendedikasikan dirinya untuk mempertahankan kelestarian hutan Indonesia agar bisa menjadi rumah yang nyaman bagi satwa liar yang hidup di dalamnya.
Lewat yayasan Kalaweit yang didirikannya, Chanee, begitu ia biasa disapa, terus aktif melakukan rehabilitasi satwa liar yang menjadi korban deforestasi dan praktik perburuan liar.
Awalnya, pria kelahiran Fayence, Distrik Var, Perancis Selatan, 38 tahun silam ini datang ke Indonesia pada tahun 1998 untuk menyelamatkan spesies Owa.
Tanpa bekal kemampuan berbahasa Indonesia, tahun 1998, Chanee nekat datang ke Kalimantan untuk membangun konservasi satwa liar, khususnya Owa.
"Saya datang ke Indonesia sama sekali tidak bisa berbahasa Indonesia. Saya belajarnya dari bergaul dengan masyarakat setempat," ujarnya kepada Kompas.com, Kamis (19/9/2019).
• Tangis Ayah di Depan Jenazah Bayi yang Berusia 3 Hari, Bibir Menghitam Terpapar Kabut Asap Riau
Dedikasi untuk satwa liar Indonesia
Hingga hari ini, yayasan yang didirikannya menjadi mitra departemen kehutanan untuk menyelamatkan satwa yang dilindungi.
Perjuangannya untuk menyelamatkan satwa-satwa di Indonesia bukan berarti tanpa duka.
Bagi Chanee, hal terberat yang ia alami saat berjuang menyelamatkan satwa liar di Indonesia adalah melihat wajah Kalimantan yang berubah drastis demi industri perkebunan.
"Yang paling membuat saya sedih, dalam 20 terakhir melihat wajah Kalimantan berubah. Hutan Kalimantan hancur demi industri," ujar dia.