TRIBUNNEWS.COM, SAMPANG - Bupati Sampang, Slamet Junaidi menunda kunjungannya ke negara Jepang. Slamet Junaidi memilih memantau pemulangan warganya yang dievakuasi dari kerusuhan di Wamena, Papua.
Slamet Junaidi mengaku mendapat undangan sebagai pemateri di University Nagoya, Jepang.
Namun di saat yang sama merupakan jadwal evakuasi 24 warga Sampang dari Wamena.
"Karena ini bersangkutan dengan nasib manusia dan lebih urgen dari pada kunjungan saya ke Jepang," ujarnya kepada TribunMadura.com, Kamis (3/9/2019).
Dijelaskan, selain menjadi pemateri di University Nagoya, Jepang, pihaknya membatalkan pertemuan dengan sejumlah pengusaha di Nagoya.
"Tentunya pertemuan itu kami ingin mengajak pengusaha di Nagoya agar mau berinvestasi di Sampang," ungkap Slamet Junaidi.
Ia menambahkan pihaknya akan mengatur waktu lagi untuk merealisasikan pertemuan tersebut.
"Jadi kalau dengan kunjungan saya ke Jepang itu gampang, satu atau dua pekan lagi saya bisa ke sana, namun kalau bersangkutan dengan masyarakat itu tidak bisa ditunda lagi," ujarnya.
28 Warga Tertahan di Wamena
Upaya memulangkan warga Sampang akibat kerusuhan di Wamena Papua terus dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur.
Hingga kini, masih ada puluhan warga Sampang yang berada di perantauan.
Bupati Sampang, Slamet Junaidi mengatakan saat ini warga Sampang yang tersisa di Wamena, Papua sebayak 28 orang.
"Sebenarnya jumlahnya 30 sekian, tapi beberapa orang bisa pulang sendiri," ujarnya kepada TribunMadura.com, Rabu (2/9/2019).
Dari jumlah puluhan warga Sampang yang tersisa, saat ini kondisinya baik-baik saja karena telah diungsikan di suatu paguyuban di wilayah kerusuhan tersebut.
Baca: Pelaku Pemerkosaan dan Pembakar Janda di OKI Divonis Hukuman Mati