Prof. Dr Id. Sri Anna Marliyati, MSi. Ketua tim ahli yang mengembangkan modul ini menyampaikan, 53% remaja mengalami defisiensi energi berat dan 48% defisiensi protein berat.
Resiko lebih besar terjadi pada remaja putri, para calon ibu, dimana defisiensi gizi akan berdampak pada kesehatan ibu dan buah hati selama masa kehamilan dan melahirkan seperti anak lahir dengan berat badan lahir rendah.”
Program pengembangan modul edukasi gizi remaja ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman remaja tentang gizi seimbang dan pola konsumsi makanan yang tepat.
Modul yang dikembangkan akan meliputi tentang perkembangan fisik, biologis, psikis dan sosial serta tentang kecukupan gizi dan penerapannya. Pelatihan akan dilakukan dengan pendekatan peer to peer, dan dikembangkan dengan saluran komunikasi sosial yang aktif dan interaktif.
Prof. Dr. Ir. Ujang Sumarwan Msc, Dekan FEMA IPB mangatakan, upaya ini membuktikan bahwa Danone adalah perusahaan yang berkomitmen untuk berkontribusi mencapai Sustainable Development Goals di bidang kesehatan.
Baca: Cerita Bupati Bogor Ade Yasin Soal Calon Kades Butuh Uang Rp 60 Juta Untuk Pergi Ke Dukun
"Kami menyambut baik inisiasi Danone yang berkolaborasi kembali dengan kami pihak akademisi. Keilmuan Keluarga dan Konsumen serta Keilmuan Gizi dari tim ahli kami akan memperkaya pengembangan modul ini dan saya harapkan dapat secara strategis memberikan dampak positif pada peningkatan pengetahuan gizi remaja,” katanya.
Sebelumnya, dari tahun 2017, Danone telah bekerjasama dengan IPB untuk mengembangkan modul pelatihan Isi Piringku, sebuah panduan edukasi gizi seimbang untuk anak usia 4 hingga 6 tahun.
Program edukasi anak usia dini ini telah diimplementasikan kepada 14.400 anak dan 1400 guru di 360 PAUD di 11 kota dan kabupaten di Indonesia.
Ditargetkan selesai pada akhir tahun ini, Modul Panduan Edukasi Gizi dan Kesehatan untuk remaja akan mulai diujicoba dalam pilot project kepada 400 pelajar dan 40 guru di 10 sekolah SLTP dan SLTA di Jabodetabek di tahun 2020.