Ia tidak banyak berbicara, tapi air matanya selalu membasahi pipinya.
Nurul Jadid, kakek IA, mengatakan cucunya ini adalah anak yang pintar.
IA juga tidak rewel dan sangat santun.
"Jadi wajar, orangtuanya apalagi bapaknya, sangat terpukul seperti itu. IA adalah salah satu anak kesayangannya," kata Jadid.
Ia menceritakan, tadi malam, Zubair dan anaknya baru saja mengerjakan tugas keterampilan bersama-sama.
Makanya, Zubair sangat kehilangan sekali.
"Malamnya masih bercanda dan mengerjakan tugas sekolah sama-sama. Mungkin dia kaget dan sangat terpukul sekali. Dia tidak punya firasat kalau ternyata anaknya akan tiada dengan kondisi seperti ini," ungkapnya.
Bagi Jadid, cucunya ini selalu bersemangat.
Hal yang selalu diingatnya adalah soal semangat cucunya ini.
"Kalau gagal, bangkit dan berusaha lagi. Makanya dia pintar. Dia selalu juara di kelasnya," tuturnya.
Sementara itu, IA langsung dimakamkan sore ini.
IA dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) milik Pemkot Pasuruan.
IA dimakamkan bersama korban tewas lainnya, yakni seorang guru.
Artikel ini telah tayang di surya.co.id dengan judul Tangisan Lirih Orangtua Korban Atap SDN Gentong Pasuruan, 'Aku Kangen Anakku', .
Penulis: Galih Lintartika