News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Maulid Nabi Muhammad SAW

Apa Itu Sekaten? Tradisi Keraton Solo dan Yogyakarta Peringati Maulid Nabi Muhammad SAW

Penulis: Oktaviani Wahyu Widayanti
Editor: Fathul Amanah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Alunan Gamelan Kyai Guntur Madu - Abdi Dalem Keraton Yogyakarta memainkan gamelan Kyai Guntur Madu di kompleks Masjid Gede Kauman, Yogyakarta, Jumat (18/1). Tradisi setiap perayaan Sekaten tersebut selalu dinanti oleh warga yang meyakini bahwa alunan bunyi gamelan tersebut dapat menghadirkan berkah serta ketentraman dalam kehidupan mereka. Kompas/Ferganata Indra Riatmoko (DRA)

TRIBUNNEWS.COM – Peristiwa kelahiran Nabi Muhammad SAW atau Maulid Nabi Muhammad SAW diperingati tiap tanggal 12 Rabi'ul Awal.

Tahun ini, Maulid Nabi Muhammad SAW jatuh pada hari Sabtu (9/11/2019).

Dikutip dari Tribunnews.com, Maulid Nabi Muhammad SAW merupakan peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW dari pasangan Sayyidah Aminah dan Abdullah.

Ayah Nabi Muhammad telah meninggal dunia saat ia masih berada dalam kandungan.

Menurut hadits riwayat Imam Ibnu Ishaq dari Sayyidina Ibnu Abbas, Rasulullah dilahirkan pada malam yang tenang:

وُلِدَ رَسُولُ اللَّهِ يَوْمَ الِاثْنَيْنِ، لِاثْنَتَيْ عَشْرَةَ لَيْلَةً خَلَتْ مِنْ شَهْرِ رَبِيع الْأَوَّلِ، عَام الْفِيلِ

“Rasulullah dilahirkan di hari Senin, tanggal dua belas di malam yang tenang pada bulan Rabiul Awwal, Tahun Gajah.” (Imam Ibnu Hisyam, juz 1, halaman 183).

Peristwa kelahiran Nabi Muhammad ini menjadi suatu peristiwa istimewa bagi seluruh umat muslim.

Dalam Alquran juga disebutkan bahwa bumi sampai bergetar hebat dan seluruh langit pada hari itu terang dipenuhi cahaya setelah Rasulullah dilahirkan.

Maulid Nabi (tribunnews)

Peristiwa kelahiran Nabi Muhammad SAW juga memunculkan berbagai kebaikan dan mukjizat yang terjadi di muka bumi.

Satu di antaranya adalah perisiwa ketika Ka’bah ikut bergetar selama tiga hari karena bahagia menyambut kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Karena begitu banyak bukti dan peristiwa yang terjadi ketika kelahiran Nabi Muhammad SAW, maka tanggal tersebut menjadi hari bersejarah yang selalu diperingati seluruh kaum muslim.

Umat muslim wajib bersuka cita dan juga dipenuhi rasa syukur saat memperingati hari Maulid Nabi.

Amalan-amalan yang dikerjakan umat muslim untuk menunjukkan rasa syukurnya dalam memperingati Maulid Nabi misalnya menjalankan ibadah puasa, membaca selawat nabi, hingga memperbanyak sedekah.

Memperbanyak sedekah ini juga diajarkan oleh Wali Songo yaitu pembawa Islam di Pulau Jawa.

Para Wali Songo mengajarkan amalan sedekah melalui tradisi budaya Jawa.

Salah satu tradisi bersedekah yang diajarkan para Wali Songo adalah pada tradisi Sekatenan.

Tradisi sekaten biasanya diadakan di Kota Solo dan Yogyakarta.

Tradisi sekaten ini terdiri dari dua bagian acara yaitu 'grebeg maulidan' dan 'numplak wajik'.

Grebeg Maulid adalah acara puncak Sekaten, yaitu dengan membawa sedekah bumi atau gunungan yang terbuat dari beras ketan, makanan dan buah-buahan serta sayur-sayuran dari istana menuju Masjid Agung. 

Suasana perayaan Grebeg Maulid Nabi di Keraton Surakarta, Selasa (20/11/2018). (TRIBUN TRAVEL/WAHID NURDIN)

Sementara numplak wajik adalah lagu-lagu yang dimainkan dengan menggunakan gamelan yang mengiringi ketika gunungan dibawa menuju Masjid Agung.

Awalnya, perayaan sekaten diadakan sebagai salah satu upaya menyiarkan agama Islam yang dilakukan oleh Kerajaan-kerajaan Islam di tanah Jawa, yaitu zaman Kesultanan Demak.

Dikutip dari Tribuntravel.com, masyarakat Kota Solo dan orang-orang Jawa lainnya saat itu menyukai seni gamelan.

Ketika Hari Raya Islam yaitu pada hari lahirnya Nabi Muhammad di halaman Masjid Agung Demak orang-orang senang memainkan gamelan.

Hal itu dapat menarik masyarakat berdatangan ke halaman masjid untuk mendengarkan gamelan.

Saat itulah khotbah mengenai keIslamandisiarkan pada Hari Maulid Nabi.

Para Wali sepakat untuk mengemas dakwahnya dengan menggunakan gamelan pusaka peninggalan dinasti Majapahit yang telah dibawa ke Demak.

Terwujudnya sekaten adalah karena kejelian, kecerdasan,dan kedekatan para Wali dengan masyarakat.

Sekaten 2019 (tweet Twitter @GKRHayu)

Menurut KRT Haji Handipaningrat dalam buku 'Perayaan Sekaten', kata Sekaten berakar dari kata dalam Bahasa Arab, Syahadatain yang memiliki makna persaksian (syahadat).

Bagi masyarakat muslim, syahadat dianggap penting karena merupakan bukti pengakuan dari keagungan Tuhan dan risalah Nabi Muhammad SAW.

Sekaten ini menjadi upacara adat dan keagamaan dengan balutan adat dan budaya yang diringi dengan suara gamelan.

Tidak hanya itu saja, sekarang sekaten juga menyediakan pasar malam bagi rakyat dengan berbagai wahana hiburan di dalamnya.

(Tribunnews.com/Oktaviani Wahyu Widayanti)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini