TRIBUNNEWS.COM - Tragedi bom bunuh diri yang dilakukan RMN di Mapolrestabes Medan telah masuk tahap pemeriksaan terhadap saksi, termasuk istri pelaku yang berinisial DA.
DA diketahui sudah berkomunikasi bahkan membesuk narapidana terorisme (napiter) di lapas kelas dua perempuan Medan.
Hal ini diungkapkan oleh Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen (Pol) Dedi Prasetyo yang dilansir kanal YouTube KompasTV, Kamis (14/11/2019).
"Istri pelaku sudah berkomunikasi bahkan sudah membesuk secara fisik atas nama saudari I alias TS. I alias TS ini adalah seorang napiter yang saat ini sedang menjalani proses hukuman di lapas perempuan kelas dua Medan," ujar Dedi.
Istri pelaku dinilai cukup aktif di media sosialnya.
Dari pemeriksaannya, terdapat rencana aksi terorisme di wilayah Bali.
Sehingga untuk saat ini masih didalami lagi jejak digitalnya di media sosial.
"Pemeriksaan tersebut menyebutkan bahwa yang bersangkutan berencana melakukan serangan atau aksi terorisme di wilayah Bali," imbuh Dedi.
Tragedi bom Medan masih dalam proses pengembangan kasus.
Sebelumnya diketahui pelaku RMN berstatus sebagai mahasiswa atau pelajar.
Dari hasil pengecekan sampai dengan data base di Capil, RMN diketahui belum menikah.
Namun dalam pemeriksaan dan temuan di lapangan, pelaku sudah memiliki istri yakni DA.
Dedi mengatakan, istri pelaku diduga sudah terpapar radikalisme lebih dahulu.
"Dari pemeriksaannya istri pelaku mengakui, melakukan komunikasi cukup aktif dengan beberapa jaringan," ujar Dedi.
Namun Dedi menekankan hal ini akan disampaikan secara jelas apabila proses pemeriksaan sudah selesai.
"Tapi nanti akan kami sampaikan apabila proses pemeriksaan sudah selesai," imbuhnya.
Melihat hal itu, kuat dugaan RMN terpapar oleh istrinya sebelum terpapar di media sosial.
Di sisi lain, ada dugaan jika aksi bom bunuh diri di Medan aadalah lone wolf karena pelaku atas nama RMN melakukan serangan di Malporesta Medan seorang diri.
Terkait hal itu, Dedi menegaskan masih melakukan pendalaman untuk mengetahui jaringan RMN maupun DA istri pelaku.
Dikutip dari laman kompas.com, setelah tragedi bom Medan, polisi melakukan penggeledahan terhadap lima rumah dan sejumlah saksi yang memiliki hubungan dengan pelaku.
Namun polisi tidak dapat menemukan guru ngaji RMN.
Hingga saat ini polisi masih melakukan pengejaran terhadap guru ngaji tersebut.
"Kami juga menggeledah yang selama ini diduga memberikan pengajian pada si pelaku, yang diduga sebagai imamnya. Masih dalam pengejaran, namun kami sudah bisa mengantongi identitasnya yang diduga imam," ungkap Wakapolda Sumut, Brigjen Pol Mardiaz Kusin.
Tak hanya itu, Densus 88 juga telah melakukan upaya penangkapan terhadap pelaku terduga teroris.
"Sebelumnya pada hari Sabtu dan Senin kemarin juga telah dilakukan penangkapan di Pekanbaru. Ada lima orang dan Bekasi satu orang," ujar Dedi.
Pasca kejadian, Densus 88 juga telah menangkap empat orang di Banten kemudian penangkapan di Jawa Tengah.
Saat ini semuanya masih dalam proses pemeriksaan.
"Kalau yang di Pekanbaru terindikasi kelompok JAD. Banten dan Jawa Tengah juga diduga masuk jejaring JAD, karena beberapa pelaku yang sudah ditangkap ini pernah melakukan kegiatan atau berperang di Syiriah," ungkap Dedi.
Dedi menambahkan, untuk saat ini penangkapan terkait terduga teroris serta tragedi bom Medan masih didalami lebih lanjut.
(Tribunnews.com/Isnaya Helmi Rahma) (Kompas.com/Dewantoro)