Bahkan Irvan menegaskan bahwa perbuatan oknum Polrestabes yang melakukan penembakan mati ini sudah melanggar Hak Azasi Manusia.
Untuk itu LBH Medan akan menyurati langsung Kapolri untuk menyelesaikan kasus ini supaya terang di masyarakat.
"Perbuatan tembak mati ini sudah melanggar hak asasi seseorang, apakah keluarganya tahu dia meninggal kenapa dan mengapa. Kenapa harus disodorkan dia untuk tidak melakukan penuntutan, untuk tidak melakukan laporan, inikan ada indikasi memang sengaja untuk dilakukan," tuturnya.
"Oleh sebab itu kami akan menyurati Kapolri dan meminta Kapolda Sumut agar menerima Laporan atas dugaan penembakan tersebut, guna terciptanya Keadilan, Kepastian dan Kemanfaatan Hukum bagi Klien kami. Karena korban memiliki 4 orang anak yang saat ini tidak memiliki seorang ayah untuk menafkahi," pungkas Irvan.
Sementara Winda Syahfitri Rangkuti berharap orang yang melakukan tindakan keji membunuh suaminya mendapatkan hukuman yang setimpal.
"Harapan saya, orang yang membunuh suami saya harus diadili seadil-adilnya karena saya tidak terima anak-anak saya 4 orang yang masih kecil sudah tidak memiliki ayah. Dan itu mereka juga harus saya hidupi, mereka harus tahu apa yang saya rasakan," jelasnya.
Ia menyadari kesalahan suaminya, tapi hukuman tembak mati tidaklah setimpal dengan perbuatannya.
"Saya tahu suami saya salah, kan ada UU nya yang sudah ditetapkan kenapa harus dibunuh seperti itu," tuturnya sambil memelas.
Winda menjelasakan bahwa suaminya sehari-hari adalah seorang sales yang sering berpergian ke luar kota untuk menafkahi keluarga.
"Sehari-sehari dia kerja jualan sales sales gitu. Kadang-kadang seminggu dapat ke Berastagi, kadang nggak seberapa sih memang. Tapi itulah yang menafkahi kami," ungkapnya.
Ia menjelaskan saat kejadian pada 5 November, HP suaminya sempat hidup beberapa lama hingga akhirnya dimatikan dan kabar meninggal Riduan diterimanya.
"Begitu mereka bawa suami, saya langsung pulang, begitu saya pulang saya hubungi handphone nya beberapa kali, handphone itu aktif. Begitu dijawab langsung dimatikan handphonenya. Sampailah kebesokan harinya adalah orang ngabari sama ayahnya bahwasanya dia udah meninggal," tuturnya sambil meneteskan air mata.
Bahkan, sampai hari ini, ia menjelaskan tidak ada satupun polisi yang hadir dan menjelaskan duduk perkara yang dilakukan suaminya hingga ditembak mati.
"Sampai sekarang kami belum ada dapat kabar apa apa, mereka pun tidak ada kerumah kami, macam tertutuplah semuanya mereka ke suami saya ini," tutupnya.
(victory arrival hutauruk/tribunmedan.com)
Artikel ini telah tayang di tribun-medan.com dengan judul Suaminya Ditembak Mati Polisi, Winda Minta Keadilan karena 4 Anaknya Tak Lagi Punya Ayah