“Jadi ya tidak langsung tidur di atas cor begitu lah. Dengan adanya kasur dan perlak ya kan masih layak. Lansia-lansia itu tidak begitu saja tidur di atas cor semen tanpa alas,” ujarnya.
Supriyadi menambahkan, Panti Dhuafa Lansia merupakan satu dari 42 lembaga sosial binaan Dinsos-P3A Kabupaten Ponorogo.
Setiap tahunnya, Dinsos-P3A Kabupaten Ponorogo menyalurkan dana ke lembaga-lembaga panti jompo maupun panti asuhan yang menjadi binaannya.
Nominal penyaluran dana pun variatif, berdasarkan jumlah asuhan panti.
Disebutkan, penyaluran dana tersebut mulai dari Rp 70 juta hingga Rp 150 juta setiap tahunnya.
“Pemkab dalam hal ini dinsos bukan sekadar tahu, tetapi juga mengawasi dan membantu operasional panti. Panti juga sudah membuat MoU dengan RSUD Harjono, Dinkes dan Baznas dalam hal penanganan kesehatan klien,” jelas Supriyadi.
Cerita Pemilik Panti Dhuafa Lansia
Saat dihubungi Tribunnews.com, pemilik panti jompo, Rama (38), menceritakan dirinya membangun panti tersebut karena tidak tega melihat lansia terlantar.
"Karena bagaimana pun mereka sudah tidak selayaknya tidur di pinggir jalan atau di kolong jembatan," kata Rama, Selasa (19/11/2019).
Rama mengaku, panti itu dibangunnya dengan menggalang dana.
Ia juga menyebutkan masih terdapat pinjaman-pinjaman yang belum terlunasi untuk membangun panti tersebut.
Rama sendiri dulunya merupakan seorang pemulung.
Kepada Tribunnews.com, Rama mengaku saat ini selain mengelola panti, ia juga berjualan dan membuka jasa antar-jemput TKW atau TKI Surabaya dan Ponorogo.
Saat ini, panti jompo yang pada mulanya dikelola oleh keluarga Rama itu telah menampung sebanyak 80an lansia.