News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Sengketa Lahan di Dusun Selasih, Ibu-ibu Nekat Buka Baju Mengadang Alat Berat

Editor: Dewi Agustina
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Konflik sengketa tanah antara warga Dusun Selasih, Desa Puhu, Payangan, Gianyar, Bali, Sabtu (23/11/2019), diwarnai kericuhan.

TRIBUNNEWS.COM, DENPASAR - Konflik sengketa tanah antara warga Dusun Selasih, Desa Puhu, Payangan, Gianyar, Bali, dengan pihak PT, Sabtu (23/11/2019), diwarnai aksi telanjang dada yang dilakukan ibu-ibu warga Selasih untuk mengadang alat berat.

Informasi yang dihimpun dari Kuasa Hukum Serikat Petani Selasih, Agus Samijaya mengatakan pada Sabtu (23/11/2019), ratusan polisi menguasai wilayah Selasih untuk mengawal alat berat masuk ke lahan pertanian.

Namun warga Selasih tetap bertahan memperjuangkan lahan yang mereka yakini merupakan hak mereka dengan mengadang alat berat masuk lahan.

Tak terkecuali ibu-ibu petani yang dengan berani melawan aparat pengawal alat berat hingga bertelanjang dada melepas kaosnya.

"Saat ini PT di-back-up aparat maksa masuk bawa eskavator. Mohon dibantu, ibu-ibu dengan telanjang dada mengadang," ungkapnya dikonfirmasi Tribun Bali, Sabtu (23/11/2019).

Baca: Ari Tewas Kecelakaan Saat Dibonceng Teman, Sempat Bilang Lihat Nanti 5 Menit Lagi Saya Meninggal

Baca: Diah Cemas Suami Masih Ditahan Polisi Malaysia Gara-gara Postingan Teman Bercanda Soal Bom

Perwakilan warga, Made Sudiantara di lokasi mengatakan, warga tetap bertahan mengadang alat berat.

Hingga saat ini, alat berat sudah masuk separuh lahan pertanian warga.

"Warga tetap bersikeras mengadang. Namun bantuan dari polisi melebihi kapasitas petani. Ada ratusan polisi yang mengawal alat berat," ungkapnya.

Hingga informasi ini diturunkan, reporter tribun-bali.com masih melakukan konfirmasi pada pihak terkait di lokasi kejadian.

Seperti diketahui, puluhan warga Banjar Selasih, Desa Puhu, Kecamatan Payangan, Gianyar, Bali, melakukan aksi blokade jalan, Rabu (20/11/2019) lalu.

Konflik sengketa tanah antara warga Dusun Selasih, Desa Puhu, Payangan, Gianyar, Bali, Sabtu (23/11/2019), diwarnai kericuhan. (Kuasa Hukum Petani Selasih)

Aksi blokade jalan ini dilakukan untuk mengadang dua unit alat berat milik PT Ubud Resort yang hendak masuk ke lahan pertanian warga.

Pantauan Tribun Bali, warga memblokade jalan dengan berbagai alat mulai ban bekas, gerobak, hingga bambu runcing.

Selain itu, mereka juga membentangkan spanduk aspirasi bertuliskan: “Petani Tolak Alat Sekope”, “Petani Tidak Butuh Alat Berat”, “Jalan Ini untuk Masyarakat, Bukan untuk PT URDD” dan lain-lain.

Sementara, dua unit alat berat berupa excavator terparkir di areal Pura Pucak Sari yang berada di jalan depan akses menuju lahan pertanian.

Baca: Gantung Diri di Kamar Hotel Bali, Turis Belanda Diduga Depresi Ditinggal Kekasih, Tulis Surat Ini

Baca: Daftar Tiket Murah Ke China, Terbang ke Shanghai dari Denpasar Mulai Rp 1,9 Juta

Dari informasi yang dihimpun warga petani, Perwakilan Petani Made Sudiantara menyatakan kehadiran excavator ini diduga hendak mengeksekusi lahan seluas 144 hektare yang diklaim milik PT Ubud Resort.

Padahal, selama 30 tahun lebih sudah lahan ini dikelola oleh warga dan menjadi sumber utama penghasilan mereka sehari-hari.

Ia mengatakan, keresehan warga sebenarnya sudah sejak lama, terlebih sejak adanya perabasan (penebangan massal) pada lahan yang ditanami pohon pisang milik warga hingga mencapai 30 hektare di sisi selatan.

Kepolisian membongkar paksa blokade jalan yang dibuat warga Dusun Selasih, Desa Puhu, Kecamatan Payangan, Kabupaten Gianyar, Rabu (20/11/2019) sore. Tribun Bali/M Ulul Azmy (Tribun Bali/M Ulul Azmy)

Hingga kemudian tiba-tiba datanglah dua excavator tersebut Selasa (19/11/2019) malam, sehingga warga berinisiatif menolak alat berat ini masuk lahan pertanian.

"Kedatangan alat berat ini sendiri tanpa ada pemberitahuan sama sekali pada warga. Akan ada apa? Pengerjaan proyek, proyek apa? Kita kan gak tahu," katanya ditemui Tribun Bali di lokasi.

Hingga sampai aksi blokade ini dilakukan, tidak ada kejelasan apa-apa dari pihak investor yang mengklaim lahan sebagai milik mereka.

Hingga saat ini, surat kuasa dari pihak PT Ubud Resort pun tidak pernah diketahui warga.

"Yang ada hanya informasi-informasi dari petugas keamanan sepotong-sepotong. Warga terus terang merasa resah, sejak lama," ujarnya.

Baca: Bea Cukai Denpasar Musnahkan Ribuan Barang Ilegal Senilai 1,3 Miliar

Baca: Gubernur Koster Tetapkan UMK se-Bali, Badung Tertinggi Capai Rp 2,9 Juta

Ia menambahkan, pertemuan antar warga dengan pihak investor selama ini kerap tidak membuahkan hasil.

Tidak ada sama sekali titik terang kejelasan tentang bagaimana dampak warga yang telah mengelola tanah ini sejak 30 tahun lebih.

"Belum ada kejelasan, belum pernah ada kesepakatan. Bagaimana masalah pembebasan tanah, dasar apa yang mereka punya seperti surat kuasa pun tidak bisa ditunjukkan," terangnya.

Terkait status tanah, ia menjelaskan bahwa kepemililikan lahan ini dulunya milik Puri Kayangan sejak zaman kerajaan dan diberikan kepada warga untuk dimanfaatkam bercocok tanam.

Hal itu berlangsung turun-temurun hingga kini.

Hingga saat ini, ada sekitar 50 persen tanah di sana menjadi milik pribadi dan sisanya milik Puri dan lahan pura.

Hingga kemudian pada sekitar 1994, terhembus kabar bahwa tanah ini sudah dijual ke pihak lain dan akan dibangun lapangan golf.

Ia pun tidak bisa berbuat banyak dalam hal ini, kendati begitu harus ada kejelasan juga buat nasib para petani nantinya.

Ia berharap agar pemerintah turut aktif menuntaskan permasalahan ini, dan harus berpihak pada petani, bukan malah berpihak pada investor dan menggusur mereka.

Baca: Bali Jadi Sorotan Media Asing, Turis Disarankan Tak Berkunjung pada 2020 karena Darurat Sampah

Baca: Wawancara dengan Media Spanyol, Jorge Lorenzo Malah Puji Orang Indonesia, Begini Kata-katanya

"Harapan kami agar pemerintah mendengar aspirasi kami masyarakat kecil petani," harapnya.

Aksi blokade warga ini kemudian dibongkar pada pukul 17.20 Wita oleh anggota kepolisian dipimpin langsung Kasatreskrim Polres Gianyar dan Kapolsek Payangan.

Sejumlah alat blokade seperti ban bekas, bambu, spanduk penolakan dan lain-lain disita pihak kepolisian.

Warga sekitar tidak berbuat banyak ketika polisi membongkar blokade mereka.

Terkait alasan pihak kepolisian membongkar dan menyita perangkat blokade ini, Kapolsek Payangan Iptu Made Murgama saat dikonfirmasi di lokasi enggan berkomentar.

Sementara Made Sudiantara mengaku kecewa dan keberatan atas pembongkaran paksa oleh kepolisian.

"Dengan adanya hal ini, bisa dilihat kepentingan untuk berpihak sama investor. Saya sangat menyayangkan. Polisi bukan pengayom masyarakat," ungkapnya.

Artikel ini telah tayang di tribun-bali.com dengan judul BREAKING NEWS Ibu-ibu Warga Selasih Telanjang Dada Adang Alat Berat Yang Paksa Masuk Lahan

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini