News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Cerita Lengkap Dina Oktavia, Ibu Muda di Surabaya yang Dicerai Suami karena Anaknya Terlahir Cacat

Penulis: Sri Juliati
Editor: Muhammad Renald Shiftanto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Cerita Lengkap Dina Oktavia, Ibu Muda di Surabaya yang Dicerai Suami karena Anaknya Terlahir Cacat

Seorang ibu muda di Surabaya dicerai suami karena anak mereka terlahir cacat. Keluarga suami mengaku malu hingga Risma turun tangan.

TRIBUNNEWS.COM - Dina Oktavia harus menanggung beratnya ujian hidup di usia yang masih sangat muda, 21 tahun.

Ibu muda asal Surabaya itu harus merawat anak semata wayangnya yang didiagnosa mengidap hidrosefalus seorang diri.

Kemalangan itu bertambah setelah sang suami menceraikan dirinya karena malu sang anak terlahir cacat.

Penderitaan Dina Oktavia semakin bertambah karena sang ayah baru saja meninggal pada Kamis kemarin.

Ia bersama ibunya juga harus tinggal di rumah petak berukuran 2x6 dan banyak tikus berkeliaran di rumahnya.

Nasib pilu yang dialami Dina membuat Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini turun tangan, termasuk sejumlah donatur.

Berikut cerita lengkap Dina Oktavia yang dicerai suami karena sang anak terlahir cacat, sebagaimana dirangkum Tribunnews.com dari Surya:

1. Keluarga suami malu

Kisah Pilu Dina Oktavia, Ibu Muda Surabaya Besarkan Anak Berkebutuhan Khusus Seorang Diri (TRIBUNJATIM.COM)

Dina Oktavia tak menyangka, kelahiran sang anak malah membuat rumah tangganya retak.

Sang suami pergi meninggalkannya sejak sebulan lalu dan meminta Dina mengurus perceraian sendiri.

Pasalnya sang anak, Muhammad Pandhu Firmansyah yang saat ini berusia lima bulan mengidap hidrosefalus.

Pandhu juga mengalami kerusakan pada bagian wajahnya, khususnya di bagian bibir, hidung, dan kedua matanya.

Kondisi sang anak itu membuat suami dan keluarga dari pihak suami Dina, malu.

Terlebih, mertua Dina enggan mengakui keberadaan sang cucui, Pandhu dan tidak merestui pernikahannya.

Pernikahannya sempat ditentang sang mertua lantaran kondisi Dina yang berlatar belakang keluarga tak beruntung.

Hanya saja, pasangan muda itu masih bisa menjalani cobaan hingga memiliki buah hati.

Namun, belakangan, sang suami beserta keluarganya enggan mengakui Pandhu lantaran terlahir dalam kondisi tak normal.

"Malu gara-gara cucunya gak sempurna," ujar Dina saat ditemui dirumahnya di kawasan Jojoran STAL 5B Kelurahan Airlangga, Kecamatan Gubeng, Surabaya, Minggu (1/12/2019).

2. Pandhu didiagnosa hidrosefalus sejak dalam kandungan

Pejabat Pemkot Surabaya saat meninjau secara langsung rumah Dina Oktavia, ibu muda di Jojoran STAL 5B Kelurahan Airlangga, Kecamatan Gubeng, Surabaya, yang seorang diri merawat anaknya yang menderita Hidrosefalus. (SURYA.co.id/Yusron Naufal Putra)

Dina Oktavia mengungkapkan, kondisi sang anak telah diketahui sejak masih di dalam kandungan.

"Anak saya kelainan sejak dalam kandungan," kata Dina.

Dina bercerita, Pandhu baru saja keluar dari rumah sakit untuk menjalani operasi pemasangan selang untuk saluran cairan di kepalanya di RSU dr Soetomo Surabaya.

"Ini masih rawat jalan," ungkap Dina.

Sekadar diketahui, hidrosefalus adalah kondisi yang ditandai oleh ukuran kepala bayi yang membesar secara tidak normal akibat adanya penumpukan cairan di dalam rongga ventrikel otak

Dilansir dari HelloDokter, otak normal mengandung cairan bening yang diproduksi dalam rongga ventrikel otak.

Cairan ini disebut dengan cairan serebrospinal yang mengalir dari sumsum tulang belakang ke seluruh otak untuk menunjang berbagai fungsi otak.

Namun ketika jumlahnya berlebihan, hal ini justru akan mengakibatkan kerusakan permanen jaringan otak yang menyebabkan terganggunya perkembangan fisik dan intelektual anak.

Pembesaran ukuran kepala terjadi karena jumlah produksi cairan serebrospinal berlebih sehingga menekan tengkorak, atau karena cairan serebrospinalnya tidak dapat mengalir dengan baik di dalam otak.

Sebagian besar kasus hidrosefalus pada anak terjadi sejak lahir (cacat lahir bawaan/kelainan kongenital).

3. Tinggal di rumah yang banyak tikus

SURYA/Yusron Naufal Putra ()

Saat ini, Dina tinggal bersama ibu kandungnya di rumah petak berukuran 2x6.

Sementara ayahnya, baru saja meninggal dunia pada Kamis lalu.

"Saya tinggal di sini sama ibu saya, bapak saya meninggal Kamis kemarin," kata Dina.

Kondisi rumah yang dihuni Dina juga termasuk tidak layak.

Rumah itu banyak tikus yang berkeliaran sehingga Dina mengaku takut anaknya digigit.

Dina trauma terhadap gigitan tikus.

Sebab, kondisi anaknya yang mengidap Hidrosefalus ditengarai lantaran virus tikus.

"Saya waktu hamil dua kali digigit tikus," katanya.

Penderitaan Dina kian bertambah, saat sang suami menyuruh dirinya mengurus cerai sendiri.

"Untuk makan sehari hari kadang ada kadang enggak gitu saya harus ngurus cerai sendiri," ucap Dina.

4. Risma turun tangan

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini berkunjung ke Redaksi Tribun Network di Palmerah, Jakarta, Kamis (21/11/2019). Risma yang baru saja berulang tahun ke-58 pada Rabu 20 November, memaparkan apa yang telah dicapainya di Kota Surabaya. (TRIBUN/DANY PERMANA)

Kisah pilu Dina yang viral membuat Pemerintah Kota Surabaya (Pemkot) Surabaya segera turun tangan.

Pemkot Surabaya di bawah Wali Kota Tri Rismaharini akhirnya turun tangan untuk memberikan bantuan pada Dina.

Masih dari Surya, Pemkot telah melakukan outreach ke rumah petak Dina, Senin (2/12/2019).

Kepala Dinas Pengendalian Penduduk, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP5A) Kota Surabaya, Chandra Oratmangun mengatakan, Pemkot Surabaya memberikan bantuan kepada Dina Oktavia beserta keluarganya.

"Dari awal berupa bantuan BPJS PBI (Penerima Bantuan Iuran), klien juga sudah didampingi pihak Puskesmas Mojo, baik pendampingan psikologi ibunya maupun perawatan sang bayi,” kata Chandra.

Belum lama ini, Pandhu menjalani operasi VP Shunt di bagian kepala.

Kata Chandra, Pandhu di-cover menggunakan biaya dari BPJS PBI.

Selain mendapat bantuan BPJS PBI, keluarga Dina juga mendapat bantuan pengurusan KK dari pihak kecamatan serta bantuan PKH dari Dinas Sosial.

“Sejak Oktober teman-teman Dinsos Surabaya juga memberikan bantuan PSR serta bantuan susu khusus untuk nutrisi anaknya dan neneknya juga sudah mendapat program permakanan,” ujar Chandra.

Lebih lanjut Chandra memastikan, Pemkot Surabaya akan terus memberikan pendampingan kepada Dina Oktavia beserta sang anak.

Bahkan, Pemkot disebut telah menyiapkan bantuan pemberdayaan ekonomi untuk kelangsungan hidup keluarga Dina.

“Supaya ibunya punya kekuatan ekonomi untuk penghasilan, kita akan dampingi terus," kata dia.

5. Dapat fasilitas rusun gratis

Dina Oktavia saat menerima bantuan dari Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini yang diwakili Kepala DP5A, Chandra Oratmangun, Selasa (3/12/2019). (SURYA.co.id/Yusron Naufal Putra)

Tak hanya itu, keluarga Dina juga dipindahkan ke Rusun Gunungsari, Surabaya, Selasa (3/12/2019) dan mendapat fasilitas secara cuma-cuma.

Seluruh fasilitas ditanggung oleh seorang pejabat di Pemprov Jatim yang enggan disebut namanya.

Kisah Dina memang mendapat perhatian khusus dari Pemkot Surabaya dan Pemprov Jatim.

Pengelola Rusunawa, Anang Bintoro mengatakan, rusun beserta fasilitas lainnya diberikan secara gratis kepada kelurga Dina Oktavia.

"Ini gratis semua," kata Anang.

Dina menempati kamar bernomor 112 di lantai 1 Rusun Gunungsari.

Di dalam kamar tersebut tersedia beberapa fasilitas seperti kasur dan lemari.

"Nanti Insyaallah ada dermawan yang mau nyumbang kulkas dan AC," tambah Anang.

Dina juga mendapat bantuan pribadi dari Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini.

Dina mengaku bersyukur banyak yang peduli terhadap keadaan dirinya.

"Saya senang dan bersyukur banyak yang peduli," kata Dina.

Kini, Dina tak lagi tinggal di rumah petak yang banyak tikus.

6. Ingin tetap mandiri secara ekonomi

Dina Oktavia saat pamitan dengan tetangganya sebelum pindah dari rumahnya di kawasan Jojoran menuju Rusun Gunungsari (Yusron Naufal Putra/TribunJatim.com)

Saat ini, Dina mendapat bantuan dari berbagai pihak, termasuk dari relawan Risma, pejabat, hingga pemerintah kota dan provinsi.

Namun, Dina berharap dapat membuka usaha kecil-kecilan karena ia ingin mandiri secara ekonomi.

Selain itu, dirinya juga berharap anak semata wayangnya dapat tumbuh seperti anak pada umumnya.

"Semuanya demi Pandhu," ujar dia.

(Tribunnews.com/Sri Juliati) (Surya.co.id/Yusron Naufal Putra)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini