"Saat ini tim kami yang di lapangan sedang menuju ke TKP sehingga belum ada informasi detail yang diterima. Tapi bila dilihat dari lokasinya, kawasan itu dulunya bagian hutan lindung, terus kemudian dikeluarkan," ujarnya saat dikonfirmasi, Jumat (13/12/2019).
Baca: Dua Petani Ketakutan Lihat Mustadi Diterkam Harimau, Saat Didatangi Jasadnya Sudah Tidak Utuh
Baca: Oknum PNS di Lahat yang Kedapatan Simpan Sabu Terancam Dipecat
Dengan demikian, Tito menampik banyaknya anggapan yang mengatakan peristiwa seperti ini sebagai akibat dari konflik antara manusia dan harimau.
Sebab menurutnya, konflik terjadi apabila harimau keluar dari habitatnya.
Sedangkan fakta sebenarnya, pemukiman-pemukiman yang kerap dikabarkan menjadi tempat munculnya harimau justru berada di habitat dari hewan buas tersebut.
"Sebenarnya warga setempat juga sudah tahu bahwa mereka berada di kawasan habitat harimau. Termasuk dengan risiko tinggi yang mereka hadapi. Apalagi ketika aktivitas di kebun yang ada dalam kawasan hutan lindung karena itu memang rumahnya harimau," ujarnya.
Maka apabila harimau tersebut diketahui berada di dalam habitatnya, dikatakan Tito tidak ada yang bisa dilakukan BKSDA kecuali memberi imbauan bagi masyarakat untuk berhati-hati saat menjalankan aktivitas.
Khususnya ketika berada di kawasan hutan lindung yang memang merupakan habitat harimau.
"Masyarakat harus sadar tentang resiko tinggi ketika beraktivitas di kawasan habitat harimau. Maka kewaspadaan, kehati-hatian untuk mencegah adanya gesekan antara manusia dan harimau. Sehingga tidak lagi muncul korban akibat kejadian itu," ujarnya.
Artikel ini telah tayang di Tribunsumsel.com dengan judul Selain Terusik Manusia, Getaran Panas Bumi Diduga Pemantik Kemunculan Harimau Serang Warga di Lahat