Laporan Wartawan Surya Rahadian Bagus
TRIBUNNEWS.COM, PONOROGO - Langit di atas Dusun Bareng Desa Simo, Kecamatan Slahung, Kabupaten Ponorogo, tampak gelap pada Selasa (17/12/2019) siang itu.
Sejumlah karangan bunga ucapan belasungkawa, tampak dipasang di sepanjang Jalan Ki Ageng Bendoroto, desa setempat.
Tepat pukul 12.23 WIB, iring-iringan mobil yang membawa jenazah Fredi Kusbiantoro tiba.
Anggota Brimob berpangkat Bripda ini wafat akibat kecelakaan saat mengikuti latihan Pendidikan Pengembangan Spesialis (Dikbangpes) Brimob, di Gunung Ringgit, Desa Dayurejo,Kecamatan Prigen, Kabupaten Pasuruan, Senin (16/12/2019) kemarin siang.
Di depan rumahnya, tampak ratusan anggota kepolisian dari berbagai kesatuan berada di lokasi untuk mengikuti upacara pemakaman yang dilakukan secara dinas kepolisian.
Saat peti mati bercat putih berselimut bendera merah putih dikeluarkan dari kereta merta mulai terdengar jeritan dan isak tangis dari keluarga.
Baca: Hujan Warnai Pemakaman Anggota Brimob yang Tersambar Petir
Baca: Disambar Petir, 3 Siswa Polisi di Pusat Pendidikan Brimob Watu Kosek Meninggal, 5 Polisi Luka-luka
Di antara puluhan anggota keluarga yang datang menyambut kedatangan almarhum, tampak seorang wanita dengan pakaian serba hitam menangis tersedu-sedu.
Wajahnya tampak merah dan matanya terlihat sembab.
Wanita berparas ayu ini rupanya kekasih almarhum, yang bernama Dewi Zuniawati (24).
Ia datang sendiri dari Tulungagung, untuk melihat langsung pemakaman kekasihnya yang meninggal saat mengikuti pendidikan.
"Iya, pacarnya Fredi, baru pacaran sejak Februari kemarin," kata Atik Suryani (23) sepupu korban, sambil berusaha menenangkan Dewi.
Atik menuturkan, Fredi baru satu kali mengajak pacarnya itu ke rumah dan mengenalkan kepada keluarganya.
Baca: 2.500 Personel Brimob Dikerahkan Dalam Operasi Aman Nusa II 2019
Baca: Ada Kos Kosan Short Time Langganan Siswa SMA Tulungagung, Tarif Rp 15 Ribu/Jam Fasilitas Khas Dewasa
Dewi, kata Atik, merupakan mahasiswi Institut Ilmu Kesehatan STRADA Indonesia.
"Dia baru datang dari Tulungagung, sendirian ditemani sopir. Soalnya katanya kalau menunggu orangtuanya terlalu lama," katanya.
Pantauan di lokasi, sejak datang ke rumah duka, Dewi tampak terus menangis.
Ia tampak tak kuat berdiri, hingga harus dipegang oleh dua orang anggota keluarga Fredi.
Meski terlihat sangat sedih, namun dia ikut mengantar kepergian Fredi hingga ke pemakaman, meski turun hujan deras di pemakaman.
Artikel ini telah tayang di surya.co.id dengan judul Dewi Rela Datang Sendiri dari Tulungagung Demi Bertemu Kekasihnya untuk Terakhir Kali