Apa ada dorongan dari Anda agar istri ikut pilkades?
Saya kembalikan kepada mereka. Saya berikan kebebasan kepada kedua istri untuk berkarier, asal tetap memenuhi ketentuan. Tidak ada unsur diskriminasi kepada siapapun khususnya terhadap kepentingan masyarakat.
Baca: Viral Seorang Pria Dandan di Atas Motor, Ini Klarifikasi si Pembuat, Sebut Aksinya Tak Berbahaya
Bahkan saat mau penetapan calon, saya kumpulkan tim, kalau boleh saya memilih, istri saya mundur dari pencalonan kepala desa. Saya ingin beri kesempatan pada yang lain. Jumlah timnya ada 800 orang, tapi semu tidak setuju pada niat saya. Dukungan dari tokoh dan masyarakat untuk kedua istri saya itu memang luar biasa.
Apa Anda juga membantu kedua istri dalam proses mencari dukungan?
Jujur saja, sebagai suami saya ibarat sedakep awe awe (tangan bersedekap tapi melambai-lambai) Saya tetap membantu tapi tidak berarti saya harus teriak‑teriak minta orang untuk memilih istri saya.
Saat proses pemilihan saya datang ke lokasi hanya untuk melihat saja, memberi dukungan moril untuk istri saya, memberikan motivasi.
Apa pesan Anda terhadap kedua istri yang terpilih kembali menjadi kepala desa?
Harapan saya, mereka harus lebih baik dibandingkan periode sebelumnya. Pada periode kedua ini, tanggung jawab mereka lebih berat, terutama tanggung jawab moral kepada masyarakat.
Mereka akan diuji lagi di periode kedua ini. Mereka harus bisa memberika yang lebih baik untuk masyarakat. Kebetulan saya berada di posisi wakil bupati, berarti juga paham soal visi misi.
Tugas mereka harus linear dan paham visi misi bupati dan wakil bupati. Kebijakan mereka secara linear harus menyambung dengan kebijakan bupati wakil bupati.
Anak anda terpilih jadi anggota DPRD Kabupaten Blitar periode ini. Kedua istri Anda jadi kepala desa. Apa memang ada pendidikan politik di keluarga Anda?
Saya memang dilahirkan dari keluarga politik. Bapak saya Ketua PNI waktu itu. Saya juga diberikan nama Marhaenis.
Nama saya ini terkait ajaran Marhaenis yang menjadi kebanggaan Bapak saya. Dulu, Bapak saya sering cerita soal arti nama Marhaenis kepada saya.Akhirnya saya paham arti Marhaenis. Dari situ saya sadar nama saya jangan hanya menjadi sebuah nama. Saya harus tahu persis, saya harus benar terjun ke masyarakat.
Marhaenis ini ajaran Bung Karno, bahwa orang kecil jangan diremehkan, orang kecil juga bisa menjadi yang terbaik di masyarakat.
Saya juga mengajarkan ke keluarga, kita tidak bisa hidup sendiri. Saya mengajari anak saya untuk menghargai teman dan tamu.
Di rumah saya ini setiap hari selalu banyak tamu. Sehari, minimal ada 50‑100 orang, di luar kedinasan yang bertamu ke rumah saya. Saya mengakomodir mereka semua, baik teman, ulama, dan pelajar. (surya/sha)