TRIBUNNEWS.COM, SOLO - Kantor Sentono Dalem Keraton Solo disegel, gemboknya dirusak. Akibatnya, perseteruan internal di Keraton Kasunanan Solo Hadiningrat kembali meruncing.
Penyegelan ini dilakukan seusai sentono dan abdi dalem serta keluarga yang selama ini tak bisa masuk Keraton melaksanakan Wilujengan Nagari Maheso Lawung, Kamis (26/12/2019).
"Kami sudah melaporkan aksi perusakan gembok dan penyegelan ini ke Polsek Pasar Kliwon," ujar Ketua Lembaga Dewan Adat (LDA) Keraton Kasunanan Solo Hadiningrat, Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Wandansari Koes Moertiyah, Sabtu (28/12/2019).
Ia menyampaikan lebih lanjut perihal digelarnya acara Mahesa Lawung di Pagelaran Keraton Solo kemarin.
Menurutnya, Mahesa Lawung merupakan momen silaturahmi antar keluarga dan abdi dalem.
Kegiatan tersebut terselenggara atas saweran antar keluarga, sentono dan abdi dalem.
"Ini memang keinginan sentono dan abdi dalem yang selama ini tak bisa masuk ke keraton. Biayanya hasil saweran," ujar perempuan yang karib disapa Gusti Moeng ini.
Melalui Mahesa Lawung ini, para keluarga, sentono, dan abdi dalem punya tujuan agar seluruh elemen Keraton Kasunanan Solo Hadiningrat dapat segera kembali bersatu.
Tak terpecah belah oleh konflik internal berkepanjangan.
Baca: Pelaku Perusakan Mobil Sempat Diamuk Massa Sebelum Diamankan Polisi
Baca: Putri Raja Keraton Solo PB XII Meninggal Dunia, Semasa Hidup Dikenal sebagai Sosok yang Sabar
"Kami tak ingin berseteru, kami inginnya dapat segera bersatu. Saya ini lahir di keraton, besar di keraton. Punya tanggung jawab untuk melestarikan semua hal di keraton hingga akhir zaman," tuturnya.
Gusti Moeng menegaskan, para pihak yang saat ini berseteru sejatinya merupakan pewaris yang sah dari Keraton Solo.
"Sampai mati saya akan tetap berada di keraton," tegasnya.
Meski saat ini sedang tidak sejalan dengan Raja Keraton Solo, Sinuhun Paku Buwono (PB) XIII Hangabehi, pihaknya tetap berjuang dan berbuat sesuatu untuk melestarikan adat istiadat dan kebudayaan Jawa.
Khususnya yang berkait dengan Keraton Solo.