TRIBUNNEWS.COM, BANYUMAS - Sebagai upaya mengangkat potensi kopi di wilayah Banyumas dan sekitarnya, digelar Festival Kopi Gunung Slamet di wanawisata Baturraden, Minggu (29/12/2019).
Festival Kopi Gunung Slamet ini baru pertama kali digelar dan diikuti oleh para pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
Turut hadir para pelaku usaha kopi dan petani kopi dari sekitaran Gunung Slamet, yaitu dari Kabupaten Banyumas, Purbalingga, Pemalang, Tegal, dan Brebes.
"Tujuannya, mengungkap jejak kopi Gunung Slamet sejak zaman VOC Belanda hingga sekarang," ujar Ketua Panitia Festival Kopi Gunung Slamet, Galih Budi Setiawan, kepada Tribunjateng.com.
Selain mengungkap jejak kopi Gunung Slamet, festival ini, menurutnya, juga sebagai cara meningkatkan kesejahteraan masyarakat petani kopi.
Kopi Gunung Slamet, menurut Galih, memiliki sejarah yang cukup terkenal.
Pada zaman Belanda, banyak ditemukan tanaman kopi di sekitar lereng Gunung Slamet.
Bahkan, pada masa itu, pernah menjadi salah satu komoditi ekspor.
Untuk mengangkat kembali kopi Gunung Slamet, seperti pada masa kejayaannya, membutuhkan proses yang tidak mudah.
"Kami ingin mencanangkan indikasi geografis agar bisa lebih dikenal dan diketahui apa itu Kopi Gunung Slamet," ujar Galih.
Galih menjelaskan, sejak zaman VOC, pihak Belanda sudah mengidentifikasi wilayah Gunung Slamet sangat cocok untuk tanaman kopi.
Jenis kopi yang dikenal di lereng Gunung Slamet adalah robusta.
"Para peserta festival berasal dari berbagai daerah, kurang lebih ada 60 stan. Untuk lomba kopi dan uji coba cita rasanya kita khususkan dari kopi asli Gunung Slamet," ujarnya.
Festival tidak hanya berhenti di Kabupaten Banyumas saja.