Laporan Wartawan Banjarmasin Post Helriansyah
TRIBUNNEWS.COM, BATULICIN - Masyarakat Sungaidanau, Kecamatan Satui Tanahbumbu, yang mengantungkan hidupnya dari air sungai Satui masih digelayuti rasa cemas.
Hibngga saat ini puluhan nelayan belum biasa menangkap ikan, udang pascatercemarnya air sungai Satui.
Terlebih kekhawatiran warga lainnya karena air sungai juga sumber air baku layanan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).
"Jadi bukan cuma nelayan, semua masyarakat terkena dampaknya," kata Kepala Desa Sungaidana Syabani Rasul kepada banjarmasinpost.co.id, Senin (30/12/2019).
Syabani mengakui, lebih kurang 50 nelayan tidak bisa beraktivitas yang menjadi rutinitas mereka.
Baca: Dipecat dari Polisi Gara-gara Narkoba, I Made Setiawan Kembali Ditangkap Saat Ambil Pesanan Sabu
Baca: Anggota DPR RI Fraksi Golkar Budhy Setiawan Ingin Kembalikan Cianjur Sebagai Lumbung Pangan
Ini disebabkan air sungai diperkirakan masih tercemar oleh aktivitas tambang.
"Kayanya masih ada (tercemar). Kayaknya belum ditutup," tegasnya dikonfirmasi melalui telepon selular.
Hanya Syabani belum merincikan langkah apa akan diambil, karena masih menunggu respon pemerintah provinsi maupun kabupaten terkait surat yang dilayangkan kelompok nelayan.
"Jadi masih menunggu respon pemerintah," imbuhnya.
Pastinya Syabani berharap ada langkah konkret dari pemerintah terkait agar kejadian yang kali kedua ini tidak terulang kembali.
Baca: Geger Temuan Paus Berukuran 8 Meter di Perairan Desa Ujungmanik
Baca: Terkait Wacana Ekspor Benih Lobster, Edhy Prabowo Inginkan Indonesia Dapat Budi Daya Sendiri
"Kasihan masyarakat yang terdampak. Apalagi nelayan. Kalau desa saya ada 50 nelayan, belum lagi desa lainnya," terang Syabani.
Sementara itu, Muhammad Zaki salah-satu nelayan mengatakan, sejak tercemarnya sungai Satui sampai hari ini tidak bisa melakukan aktivitas.
"Sudah 12 hari tidak bisa aktivitas sama sekali," ungkap Zaki.
Untuk memenuhi kebutuhan hidup, sebagian besar nelayan kehilangan penghasilan Rp 80 sampai Rp 120 ribu perhari, kini terpaksa mencari pekerjaan lain.
"Ya terpaksa ikut teman yang ada gawian sampingan. Jadi tukang bangunan. Khususnya aku pribadi terpaksa kerja serabutan," pungkasnya.
Artikel ini telah tayang di banjarmasinpost.co.id dengan judul Sungai Tercemar, Nelayan Kehilangan Penghasilan Rp 80 - Rp 120 Ribu Per Hari