TRIBUNNEWS.COM - Langit kota Jogja pada beberapa hari yang lalu dikagetkan dengan sebuah fenomena alam yang langka.
Fenomena alam tersebut sering dikenal sebagai Pelangi Api atau Fire Rainbow.
Dengan bentuknya yang mirip api dan berwarna -warni, ini kemudian disebut dengan pelangi api.
Warnanya pun terdiri atas warna merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu.
Kejadian tersebut juga sempat ramai di perbincangkan oleh para warganet.
Fenomena Pelangi Api yang terjadi di langit Jogja tersebut, diketahui terjadi pada Senin, 30 Desember 2019 pukul 13.49 WIB.
Untuk mengetahui penjelasan mengenai Pelangi Api, Tribunnews menghubungi seorang Astronom amatir, Muh Ma'arufin Sudibyo pada Selasa (31/12/2019).
Ma'arufin menjelaskan fenomena Pelangi api ini sering juga disebut dengan istilah sirkumhorisontal.
Proses terjadinya pelangi api ini karena terpengaruhi adanya difraksi cahaya.
"Ini namanya 'pelangi api', atau istilah formalnya busur sirkumhorisontal. Terbentuk oleh proses serupa halo Matahari, hny saja kristal2 es heksagonal di awan Cirrostraus itu berkedudukan horizontal," tulis Ma'arufin.
Kemudian dalam pembentukanya, cahaya matahari masuk melalui kristal-kristal dengan sudut sisi tegak, dan keluar kembali atau terbiaskan melalui sisi datar bagian bawah.
Dan pada hasilnya, akan mengakibatkan pembiasan dan membentuk busur cahya yang berjarak sudut 46 derajat dari kedudukan tampak matahari.
Semakin jauh dari khatulistiwa, matahari semakin sedikit bersinar di ketinggian terbentuknya awan cirrus.
Fenomena pelangi api ini jarang ditemukan di Eropa tengah atau utara, tetapi lebih sering terjadi di Amerika Serikat.
Dikutip dari National Geographic, tempat terbaik untuk melihat pelangi api yaitu di daerah dekat khatulistiwa.
Lebih tepatnya pada siang hari di tengah musim panas.
Sebab, pelangi api merupakan fenoman yang sering terjadi di musim panas dan banyak para wisatwan yang meyebutkan pertunjukan musim panas.
(Tribunnews.com/Muhammad Nur Wahid Rizqy)