News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Bencana Banjir

Wawancara Eksklusif: Ridwan Kamil Akan Meng-copy Paste Penanganan Banjir Bandung Selatan

Editor: Hendra Gunawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil

TRIBUNNEWS.COM -- TIDAK hanya DKI Jakarta, sejumlah kabupaten dan kota di Jawa Barat pun terdampak banjir dan longsor pada awal tahun 2020. Pemerintah Provinsi Jawa Barat pun telah melakukan penanggulangan bencana. Termasuk Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil yang menerbitkan surat keputusan siaga bencana.

Lantas bagaimanakah penanganan jangka pendek dan jangka panjang untuk menangani banjir di Jawa Barat yang dampaknya sampai sampai DKI Jakarta ini. Berikut wawancara eksklusif reporter Tribun Jabar, M Syarif Abdussalam, dengan Ridwan Kamil.

Bagaimanakah hasil pemantauan Bapak di kawasan terdampak banjir dan longsor di Jabar di awal tahun ini?

Kemarin saya ke Kabupaten Bekasi dan Kota Bekasi, tapi karena wilayah yang harus didatangi luas dan jauh, jadi saya hanya setengah hari di Kota Bekasi. Setengah harinya saya ke Kabupaten Bogor. Di dua tempat itu saya ketemu kepala daerah yang memang sudah stand by.

Jadi bedanya DKI Jakarta dengan Jawa Barat, kalau di DKI itu gubernur bisa langsung ke teknis, kalau di Jawa Barat teknis itu adanya di bupati dan walikota. Jadi saya itu tidak bisa semata-mata langsung begitu saja tanpa kulonuwun dulu.

Baca: Kenapa Banjir di Bekasi Paling Parah? Ini Kata BNPB

Baca: Ungkap Usaha Atasi Banjir Jakarta Sudah Ada dari Dulu, Basuki Hadimuljono: Masterplan sejak 1873

Baca: Ditjen Dukcapil Ganti Dokumen Warga Korban Banjir Secara Gratis

Maka jika ada permasalahan dinamika termasuk bencana, pasti bupati walikota yang pertama melakukan upaya dulu.

Kalau upayanya belum maksimal, butuh bantuan, lalu kami turun untuk melakukan pertolongan, dan lintas provinsi sudah memang levelnya tidak memungkinkan baru ke Presiden. Jadi memang itu suka dibanding-banding ya, saya kira tidak perlu ya, kita berpikir bijak dan arif yang penting kita fokus.

Fokus saya ke Kota Bekasi, ternyata tidak semua ingin dievakuasi, setengah warga yang saya bertemu sambil naik perahu karet bertahan. Mungkin seburuk-buruknya di luar, ingin nyaman di rumahnya sendiri. Hanya mereka minta disuplai makanan saja.

Di Bogor Bupati dengan Basarnas sudah melakukan upaya, jadi memang Bogor ini luas, ada satu lokasi harus ditembus cara cara khusus dan itu sulit. Sudah dilaporkan Bupati kemarin waktu ketemu. Satu desa yang dilaporkan ke saya."

Bagaimanakah Bapak memandang permasalah bencana ini secara umum? Apakah ada yang salah dengan penataan kotanya?

Ya kemarin secara umum banjir di Jawa Barat, ini bagian dari musibah di seluruh Indonesia pada dasarnya. Karena memang catatan dari BNPB dan BMKG, ini tuh adalah curah hujan terekstrem sejak 2007. Jadi dari sisi 12 tahun ini paling tinggi.

Disebut hujan yang besar itu kan sekitar 100 mm, ini di Halim itu 377 mm. Jadi memang pertahanan sistem yang normal ini mengalami banyak kendala.

Yang kedua, dalam situasi ini kita tidak usah saling menyalahkan. Kita melihat dinamika persepsi satu sama lain didominasi oleh saling menyalahkan kepada siapapun. Menurut saya kita fokus pada situasi tanggap darurat.

Kemarin saya sudah menandatangani surat penetapan tanggap darurat untuk wilayah Kota Bekasi, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Bogor, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Karawang, dan Indramayu juga ada kendala, mungkin luput dari media.

Dengan adanya status tanggap darurat maka kita akan memberikan bantuan mungkin sekitar Rp 5 miliar atau Rp 6 miliar kepada daerah-daerah tersebut untuk recovery dan pertolongan tanggap darurat. Biasanya dua minggu karena cuaca ekstrem ini masih akan terjadi hingga 5-7 hari ke depan, kira kira begitu."

Apakah pemerintah pusat harus ikut menangani masalah ini?

Saya kira dukungan kita maksimal. Kita juga berharap karena sudah lintas provinsi ya harus ada rapat koordinasi oleh pemerintah pusat terkait menaikkan ke sistem pertahanan ke level ekstrem yang tercatat di tahun 2020 ini.

Kan yang terdampak tidak hanya Jawa Barat, Jakarta dan Banten juga. Sudah lewat dari dua provinsi maka inisiatifnya harusnya datang dari pemerintah pusat untuk mengumpulkan provinsi-provinsi yang terdampak."

Apakah ada penanganan secara teknis untuk mengurangi dampak banjir di utara Jawa ini?

Saya teh kalau ngomongin banjir itu tidak ada kepastian, tapi kalau mengurangi pasti ada. Seperti halnya cuaca buruk di Citarum relatif terkendali kan, tapi bukan jaminan. Tapi kita mendoakan saja, karena sistem danau pengendali parkir air sudah, pengerukan sudah, terowongan Jompong sudah berfungsi, ini akan dikopi.

Akhir bulan ini tim Satgas Cimalaya dan Tim Satgas Cileungsi itu sudah saya SK kan, itu polanya sama dengan manajemen pengendalian pencemaran dan banjir di Citarum. Ada TNI, Polri, Kejaksaan, Relawan.

Mudah-mudahan pelan-pelan semua sungai sungai besar di Jabar bisa kita perbaiki. Belum sampai ke anggaran, karena proses baru diketuk. Minimal lahirnya organisasi ini sudah luar biasa kita hadirkan.

Salah satu solusi engineering penanganan banjir Jabodebek yaitu dengan membangun dua bendungan (Bandungan Sukamahi dan Bendungan Ciawi) dari dana APBN kerjasama Kementerian PUPR dan Pemprov Jawa Barat. Jika selesai, fungsi dua bendungan ini Insya Allah akan signifikan mengurangi potensi banjir di Jabodebek.

Pembangunan Bendungan Sukamahi misalnya, bila rampung nanti bakal mengurangi potensi banjir hingga 29 meter kubik per detik. Pembangunan Bendungan Sukamahi akan bermanfaat sebagai pengendalian banjir yang terletak di Desa Sukamahi, Kabupaten Bogor.

Volume tampungan bendungan sebesar 1,68 x 10,6 meter kubik dengan luas genangan maksimum 10 hektare. Progres sudah 45 persen. Doakan bisa selesai secepatnya dan kita semua bisa merasakan manfaatnya.

 Khusus di Kabupaten Bandung Barat, sempat tersiar kabar bahwa banjir disebabkan proyek pembangunan Kereta Cepat Jakarta Bandung. Bagaimanakah pantauan Bapak?

"Saya tidak tahu, harus ada buktinya dulu sebelum saya lihat buktinya. Kalau ada buktinya saya pengen lihat. Yang saya tahu KBB itu jebol tanggul. Saya tidak tahu detailnya, yang pasti kalau betul ada dampak dari KCIC, mohon KCIC meneliti kalau ada kekeliruan, dan menyampaikan ke publik untuk diperbaiki. Seperti halnya KCIC pernah ditegur waktu mereka melakukan pembangunan di Halim tapi malah menutup gorong-gorong."(*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini