Masih berlanjut, acara serupa juga dilakukan di kawasan Dieng beberapa bulan setelahnya.
"Selang beberapa bulan lagi itu mengadakan kirab lagi di Dieng dari kawah Candradimuka sampai patung Arjuna,"
Bahkan ritual juga dilakukan di kawasan Prambanan dengan maksud untuk meminta perizinan.
"Dalam ritual itu, istilahnya meminta atau memohon, setelah itu diadakan penghargaan yang dari dulu ikut kegiatan," terangnya.
Eko yang menjabat sebagai Kasi Pemerintahan di Desa tempat ia tinggal itu mengaku, jutaan rupiah telah ia keluarkan untuk menjadi pengikut Keraton Agung Sejagat.
Bahkan ia sampai harus berhutang kepada orang lain.
Namun akhirnya semua uang yang dikelaurkan Eko tersebut hanyalah harapan palsu dan berakhir dengan gigit jari.
Eko baru menyadari bahwa dirinya tertipu oleh Totok Santosa saat acara deklarasi Kerajaan yang dihadiri oleh sejumlah media pada Minggu (12/1/2020).
"Itu ada temu wartawan, dengan adanya pak Totok ditanya, bapak warganya mana, KTP-nya mana, kedua saat ditanya Pak Totok mengakui NKRI tidak, itu ya sudah pasrah," ungkapnya.
Sementara itu, Raden Rangga Sasana, petinggi Sunda Empire yang juga hadir di ILC tak menampik jika Totok Santosa pernah menjadi bagian dari Sunda Empire.
Namun demikian, ia menegaskan bahwa Sunda Empire atau Kekaisaran Sunda sangat berbeda dengan Keraton Agung Sejagat.
Ia menyebut, tingkatan Sunda Empire merupakan pembentuk tatanan sistem internasional, sehingga seluruh sistem negara-negara ataupun semua kerajaan di bumi ini cuma bagian dari Sunda Empire.
"Jadi perlu diketahui Sunda Empire jangan disamakan apa yang dilakukan saudara Toto Santoso," tandasnya
(Tribunnews.com/Tio)