Hal itulah yang membuat remaja memiliki keberanian tinggi untuk berkelahi.
Di sisi lain, Adib menuturkan, remaja juga mudah tersulut emosinya.
Ketika berani melawan temannya, mereka merasa diapresiasi oleh teman-teman lainnya.
"Karena mereka merasa kalau berani dengan teman itu adalah kelebihan, nggak cemen sehingga mungkin dia supaya diapresiasi temannya," jelas Adib.
"Padahal ini (perkelahian) sesuatu yang harusnya mereka malu," sambungnya.
Peran Sekolah
Untuk menghindari kasus serupa, Adib mengatakan pihak sekolah memiliki peran untuk mencegah kasus ini terulang.
Menurut Adib, hal utama yang perlu ditanamkan oleh guru pada murid-muridnya adalah akhlak.
"Sekolah harus menanamkan akhlak, terutama rasa malu kalo berantem atau melakukan sesuatu yang tidak pantas," kata Adib.
Lebih lanjut, Adib menyebutkan, sekolah juga perlu memfasilitasi kegiatan ekstrakurikuler bagi murid-muridnya.
Dengan adanya kegiatan ekstrakurikuler maupun kelompok belajar, murid-murid akan lebih memiliki kesibukan.
Selain itu, Adib menambahkan, guru juga perlu memberi pekerjaan rumah (PR) pada siswa-siswinya.
"Anak itu harus dikasih PR yang banyak biar nggak ada waktu untuk berantem seperti itu," ujar Adib.
"Bisa juga PR-nya itu berbentuk kerja kelompok jadi para remaja lebih mengedepankan sisi intelektual daripada sisi-sisi negatif," sambungnya.