Iyah buang air besar di dalam rumah. Kencing juga di dalam rumah. Makan juga di tempatnya yang penuh kotoran dan berbau.
Kotoran Iyah, sampai membatu. “Saya pegang. Saya kira batu, ternyata kotoran Iyah,” katanya.
Ardian coba mendekat, mengajak bicara Iyah. “Assalamualaikum. Namanya siapa?” tanya Ardian.
Iyah tetap diam. Tidak menanggapi. Ardian terus mendekat dan mengajaknya ngomong.
“Namanya siapa?” tanya Ardian mengulang. “Heh?”, jawab Iyah.
Ardian lantas mendekat lagi. Dia dekatkan telinganya ke muka Iyah, agar bisa mendengarkan omongan Iyah yang kala itu sangat terdengar lirih.
"Saya pegang tangannya. Dia lantas balas pegang. Dia pegang tangan saya erat sekali. Tiba-tiba, dia bicara lantang. Dan mau diajak ngomong,” cerita Ardian.
“Mbah, rambute tak potong ya (rambutnya saya potong ya, red),” rayu Ardian.
"Iya tapi diwenehi (diberi,red) obat ya,” jawab Iyah.
“Kok diberi obat kenapa?” tanya Ardian lagi.
"Ono ulere (ada ulatnya, red/di rambut gimbal Iyah). Mau wis entuk siji uler, terus tambah telu uler (tadi sudah dapat satu ulat, terus dapat tiga ulat," katanya.
"Nanti disamponi. Tapi yang warnanya hitam," tambah Iyah.
Menurut Ardian, Iyah juga minta dibelikan susu, ditempatkan di gelas alumunium.
"Aku diajak jalan-jalan yo, dolan (bermain). Ning aku ra iso mlaku (tapi aku tidak bisa berjalan, red)," kata Iyah.