Laporan Wartawan Tribun Bali I Komang Agus Aryanta
TRIBUNNEWS.COM, BALI - Peternak babi di Gumi Keris tidak mau memelihara babi lagi sebelum adanya vaksin untuk mengantisipasi wabah yang melanda babi saat ini.
Pihak dinas setempat juga belum memberikan kepastian secara pasti terkait solusi atau penyakit yang menimpa peternak babi tersebut.
Padahal di Kabupaten Badung sudah tercatat sebanyak 564 ekor mati hingga 31 Januari 2020.
Para peternak pun terpaksa alih profesi lantaran tidak berani ambil risiko untuk melakukan ternak kembali.
Salah satu Peternak Babi dari Banjar Semana, Desa Mambal, Kecamatan Abiansemal, Badung, Made Sudiarta pun mengaku kembali bekerja di proyek di Ubud.
Pria yang memelihara 25 indukan babi itu pun mengaku tidak bisa melanjutkan usahanya sebagai peternak babi dengan waktu cepat karena wabah belum ada solusinya.
Baca: Gara-gara Virus Ganas, Ribuan Ekor Babi Mati Mendadak di Bali, Peternak Belum Berani Isi Kandang
Baca: Harga Babi di Bali Anjlok, Ini Penyebabnya
“Sementara saya terpaksa di proyek ini, di Ubud, Gianyar. Bagaimana men, belum ada solusi masak hasil labnya tidak dikeluarkan,” jelasnya Rabu (4/2/2020).
Ia berharap agar pemerintah setempat cepat menangani wabah tersebut.
Pasalnya sudah sampai satu bulan wabah tersebut belum ada solusi dan terkesan sampai berlarut-larut.
“Kalau sampai berlarut, seperti saya yang mata pencahariannya pada peternak babi kan susah. Bahkan setidaknya 60 persen penghasilan saya dari ternak babi,” jelasnya sembari mengatakan itu pun permainan uang di Bank, kalau mangkrak gini kan saya tidak bisa bayar dan risikonya sangat tinggi.
Ia pun mengaku akan beternak babi kembali jika solusi sudah didapat oleh pemerintah.
Pemerintah pun harus cepat dalam mengambil tindakan.
Baca: Kasus Babi Mati Mendadak di Badung Bali Capai 564 Ekor di Bulan Januari, Obat dan Vaksin Belum Ada
Baca: Viral, Mantan Bupati Nias Selatan Idealisman Dachi Dilempar Kotoran Babi Oleh Sekelompok Pemuda
“Pasti kalau ada obat, vaksin, saya pasti akan jadi peternak kembali. Kalau tidak begitu apa saya gunakan bayar hutang,” pungkasnya.
Kabid Keswan Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Badung I Gde Asrama belum bisa berbuat banyak terkait wabah kematian babi tersebut.
Terkait hasil lab pihaknya menyerahkan ke BBVet Denpasar.
“Untuk hasi lab, teman-teman kita yang di BBVet Denpasar yang menindaklanjuti,” ungkapnya
Pihaknya pun menyarankan bagi peternak yang kandangnya sudah kosong, pihaknya menganjurkan untuk sementara jangan memasukkan bibit dulu, sampai penyakit tersebut dinyatakan atau terkendali.
Sayangnya sampai kapan ini akan berlasngung, pihaknya tidak bisa menjawab hal terebut
“Kita lihat satu siklus produksi atau situasi penyakit di lapangan dulu,” katanya
Disinggung mengenai secara pasti berapa jumlah babi yang mati di Badung Asrama pun tidak berani banyak berkomentar.
Malahan ia menyerahkan konfirmasi ke Dinas Pertanian Provinsi Bali.
“Untuk yang ini (jumlah –red) bisa komunikasi dengan pihak provinsi Bali. Biar satu pintu informasi dan datanya,” ujarnya lagi. (*)
Artikel ini telah tayang di tribun-bali.com dengan judul Babi Mati di Badung Tercatat 564 Ekor, Peternak Made Sudiarta Kini Pilih Kerja di Proyek