News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Fenomena Sapi Mati Mendadak di Kintamani, Peternak Terpaksa Jual Murah Rp 8 Juta Per Ekor

Editor: Dewi Agustina
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sebanyak 30 ekor sapi di Desa Ulian, Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali, mati mendadak dalam tempo sebulan terakhir. Pengambilan sampel sapi yang mati mendadak di Bangli.

"Warga cemas kalau sapinya mati. Karenanya cepat-cepat dijual meskipun harus banting harga. Ini merupakan kejadian pertama kali. Beberapa warga yang sapinya mati ada yang terpaksa mengubur, ada pula yang menjual walaupun hanya laku Rp 500 ribu," ucapnya.

8 Sapi Sapi Mati Mendadak Diduga Diracun Orang Misterius, Warga Tulungagung Jaga Tiap Malam (TRIBUNJATIM.COM)

Berana menambahkan para peternak berharap agar dinas KKP segera memberikan keterangan pasti mengenai penyebab kematian tersebut.

Dengan demikian para peternak bisa mengantisipasi dan cari solusi.

"Saat ini peternak hanya bisa pasrah. Tidak ada upaya apapun karena tidak tahu apa penyebab kematiannya," kata Berana.

Kepala Dinas PKP Kabupaten Bangli, I Wayan Sarma mengatakan timnya sudah beberapa kali turun ke lapangan. Bahkan 10 hari lalu, pihaknya bersama BBVet Denpasar.

Baca: Pura Puseh di Kintamani Terbakar, Bangunan Tempat Penyimpanan Arca Jadi Arang

Baca: Buang Bayinya, Juniari Nangis Dituntut 8 Tahun Penjara

"Kami sudah ambil sampel dan hasilnya tidak ada tanda mengarah ke penyakit tertentu," ujarnya.

Sarma mengatakan kematian sapi secara sporadis bukan disebabkan rumput yang beracun.

Menurutnya, kematian itu lebih disebabkan oleh perut kembung karena rumput yang masih berembun.

"Kita sarankan pemberian pakan hijauan terutama rumput agar dilayukan terlebih dahulu," ujarnya.

Artikel ini telah tayang di tribun-bali.com dengan judul Warga di Bali Ini Terpaksa Jual Sapinya Murah, Setelah 30 Ekor Sapi Mati Mendadak Selama Sebulan Ini

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini