TRIBUNNEWS.COM - Seorang siswa di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kota Malang harus menjalani perawatan di rumah sakit setelah diduga dibully oleh 7 siswa lainnya.
Para terduga pelaku penindasan tersebut kini terancam hukuman pidana.
Kapolresta Malang Kota, Kombes Leonardus Simarmata mengatakan, pihaknya sudah memeriksa tiga saksi dari kasus penindasan ini.
Kemudian, pihak kepolisian juga memeriksa tujuh siswa yang diduga melakukan bully tersebut.
“Hari ini kita lakukan pemeriksaan khusus terhadap murid-murid yang diduga melakukan penganiayaan,” kata Leonardus di Mapolsek Lowokwaru, Kota Malang, Senin (3/2/2020), dikutip dari Kompas.com.
Mengenia usia dari 7 siswa tersebut masih di bawah umur, polisi akan memeriksa secara khusus.
Hal tersebut sesuai dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak.
Sementara itu, Wali Kota Malang, Sutiaji berharap korban dan pelaku diberi pendampingan secara psikologis.
“Saya minta ada pendampingan secara psikologis, baik bagi korban maupun bagi pelaku,” kata Sutiaji.
Sutiaji juga meminta ada pendampingan hukum bagi siswa yang diduga melakukan bully tersebut.
“Dilakukan pendampingan dari sisi hukum. Apapun, ini masih anak-anak usia sekolah,” imbuhnya.
Tak Sengaja Membully
Mengutip Suryamalang.com, MS (13) yang menjadi Korban bully itu mengalami luka lebam di tangan kanan dan kaki kirinya.
Kepala sekolah, Syamsul mengatakan, tindakan bully itu bermula dari gurauan antar siswa.
“Secara kronologi patut diduga ada kekerasan yang terjadi. Tetapi kami masih belum tuntas menyelesaikan hal itu, karena masih berproses,” kata Syamsul di Kantor Dinas Pendidikan Kota Malang, Jumat (31/1/2020).
Menurutnya, para siswa hanya berguraua, bukan sengaja untuk melakukan tindak kekerasan.
"Tapi bergurau seusia anak, karena yang melakukan anak-anak yang tidak punya rekam jejak kenakalan yang sangat keras,” kata Syamsul.
Ia mengatakan, antara korban dan pelaku sudah saling akrab.
Mereka sama-sama aktif di organisasi yang ada di sekolah.
Syamsul tidak mengetahui pasti kapan bully itu terjadi.
Peristiwa penindasan tersebut diduga terjadi pada pekan lalu.
Ia menyebut, MS sempat masuk ke sekolah setelah mengalami bully.
Namun, karena mengalami luka lebam, MS harus dirawat di rumah sakit.
Syamsul menilai MS merupakan anak yang pendiam dan pandai di sekolahnya.
“Anak yang jadi korban itu memang anak yang diam sekali. Anak pintar sekali,” katanya.
Pihak sekolah sudah menjenguk MS di rumah sakit.
Syamsul berujar, pihaknya sudah mempertemukan orangtua dari korban dan terduga pelaku.
Pertemuan itu menghasilkan sejumlah kesepakatan, termasuk pembiayaan perawatan korban.
Orangtua siswa yang diduga menjadi pelaku sudah sepakat untuk menanggung seluruh biaya perawatan korban.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Malang, Zubaidah mengaku sudah meminta keterangan dari siswa yang diduga melakukan bully itu.
Zubaidah mengatakan, tidak ada kekerasan, karena pelaku bermaksud bercanda terhadap korban.
“Kesimpulan sementara bukan kekerasan, tapi bercanda,” kata Zubaidah.
(Tribunnews.com/Nuryanti) (Kompas.com/Andi Hartik) (Suryamalang.com/Sarah Elnyora)