Pasien wanita itu tergeletak di pelataran rumah warga, sambil ditemani keluarganya.
Wanita itu juga tampak mengerang dan berkata pada keluarga yang ada di sekelilingnya untuk melepaskan dirinya.
"Kowe iku raiso, meneng ae. Sing isok menengno aku mung Ningsih. Liyane podo raiso kabeh (Kamu itu nggak bisa, diam saja. Yang bisa menenangkan aku hanya Ningsih. Semuanya nggak akan bisa)," ucap wanita yang tampak tak sadarkan diri itu.
2. Lama proses pengobatan
Pengobatan Ningsih Tinampi yang tak selesai hanya satu atau dua jam.
Sepanjang perjalanan menuju rumah Ningsih Tinamppi (dari jalan raya hingga ke rumah) terdapat warga sekitar yang memanfaatkan kondisi tersebut dengan membuka warung makan.
Tak hanya warung makan, warga juga membuka toilet umum yang ternyata banyak digunakan oleh pasien.
3. Tak bisa langsung diobati
Dari pantauan SURYA.co.id di lokasi, pasien yang hendak melakukan pengobatan ke Ningsih Tinampi tak bisa langsung datang dan mendapat pengobatan.
Mereka harus melakukan pendaftaran dahulu. Bahkan, setelah mendaftar mereka masih harus menunggu panggilan untuk ditangani Ningsih Tinampi.
Saat mendatangi lokasi, SURYA.co.id juga menemui salah seorang pasien yang berasal dari Papua.
Dia mengaku telah mendaftar selama satu bulan untuk akhirnya dipanggil ke rumah Ningsih Tinampi dan melakukan pengobatan.
Saat tiba di kediaman Ningsih Tinampi, SURYA.co.id dihadapkan dengan banyaknya pasien yang tak hanya mengantre untuk mendaftar, namun juga mengantre untuk melakukan pengobatan.
4. Sediakan makanan gratis