Jalinan cinta membawa mereka pada ikatan pernikahan, hingga dikaruniai seorang putri.
Sejak datang ke Indonesia, Edi bekerja di sebuah korporasi sebelum mendirikan perusahaan di Tangerang.
"Pertama kali ke Indonesia dia bekerja di PT Indo Paper," cerita Muhayar.
"Terus membuka pabrik sendiri dan bertemu dengan Bu Yati," sambung dia.
Perusahaan yang Edi bangun sempat bangkrut, berkat bantuan Yati kembali bangkit dan usahanya sukses.
"Kembali bangkit karena dikelola sang istri," ucap Muhayar.
Saking percayanya, di hari tuanya Edi lebih banyak di rumah sementara dua pabriknya di Tangerang dikelola Yati.
Selama berumahtangga, keduanya bersama sang putri tinggal bersama.
Menurut Muhayar, Edi dikenal tertutup, jarang bersosialisasi dengan tetangga di kanan kiri rumahnya.
"Dia pendiam dan jarang sosialisasi sama tetangga. Dia warga asli Hongkong," kata Muhayar.
Sekalipun sudah lama tinggal di Tangerang, Edi belum fasih berkomunikasi dengan bahasa Indonesia.
"Pelaku memang sudah lama tinggal di sini."
"Nikah sama si ibu juga sudah sekitar 20 tahun, tapi dia belum bisa bahasa Indonesia," terangnya.
Rumah mewah Edi dan Yati di atas tanah 5000 meter persegi dikelilingi tembok setinggi tiga meter.