Laporan Reporter Tribun Jabar Lutfi Ahmad
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Banjir akibat luapan Sungai Citarum kembali merendam Baleendah dan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung.
Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bandung, Ahmad Johara mengatakan di Dayeuhkolot, ada tiga desa yang banjir, yaitu Desa Dayeuhkolot, Citeureup, dan Pasawahan.
Selain itu, di Dayeuhkolot ada 11 bangunan SD, 25 tempat ibadah, tiga madrasah, empat PAUD, dan tiga TK terendam banjir.
"Tinggi muka air di Dayeuhkolot mencapai 50-150 cm. Yang mengungsi sebanyak 38 KK dengan 115 jiwa," kata dia.
Di Baleendah, banjir menggenangi Kelurahan Andir dan Baleendah. Banjir berdampak pada 5.290 KK dengan 15.290 jiwa.
"Pengungsi ada 160 jiwa dari 58 KK, sarana umum yang terendam tiga sekolah dan 27 tempat ibadah. Tinggi mata air di Baleendah mencapai 50-85 cm," ucap Ahmad.
Menurut dia, cuaca masih ekstrem, belum stabil. Bahkan, edaran untuk 16,17, 18, Februari dari BMKG, masih terjadi hujan lebat dan angin kencang disertai petir.
"Kami mengimbau warga agar tetap sabar dan waspada setiap kali ada kejadian. Mohon diinformasikan kepada aparat pemerintahan setempat, atau langsung ke BPBD Kabupaten Bandung, kami 24 jam standby," katanya.
Nandang, warga Desa Dayeuhkolot, mengatakan banjir yang terjadi karena hujan di hulu Sungai Citarum.
"Banjir di sini seperti sudah dianggap biasa. Sebetulnya bukan biasa, tapi kami terpaksa," ujar pria berusia 48 tahun ini di Dayeuhkolot, kemarin.
Dia berharap banjir yang kerap melanda beberapa daerah di Kabupaten Bandung diselesaikan per daerah.
Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Bandung, Juhana, mengatakan ada 12 sekolah dasar yang terendam banjir.
"Dua belas SD itu rutin kebanjiran setiap tahun, seperti SDN Bojongasih serta Dayeuhkolot 7 dan 10. Itu di Dayeuhkolot, di Baleendahnya ada SDN Andir," kata Juhana.
Pada saat tidak banjir, di sekolah yang sering terdampak terdapat pemadatan pelajaran.
"Saat banjir ada yang belajar mandiri, tutorial, sekolah singgah juga, Itu skenario pembelajarannya," ujarnya.
Saat disinggung apakah ada wacana untuk pemindahan bagi sekolah yang kerap dilanda banjir, Juhana mengatakan itu haru bedol desa, harus pindah dulu penduduknya.
"Percuma kalau sekolah dipindahkan tapi penduduknya tidak dipindahkan," katanya.
Dia mengaku ada sekolah yang mau dipindahkan, tapi penduduknya menolak.
Disdik Kabupaten Bandung mendesain dari daya serap kurikulum dan itu sudah ditunjukkan di Dayeuhkolot dan Baleendah.
"Ternyata tidak berpengaruh adanya banjir terhadap prestasi (anak). Nilai ujiannya bagus, prestasinya muncul karena mungkin guru dan muridnya sudah terbiasa dan familiar dengan desain model pembelajarnya," ucap Juhana.
Juhana mengatakan, pada saat banjir bagaimana menyiasatinya, dan saat sedang tidak banjir terdapat pemadatan belajar.
Artikel ini telah tayang di tribunjabar.id dengan judul 12 Sekolah Dasar di Kabupaten Bandung Terendam Banjir