TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Asal-usul kematian Delis Sulistina (13), siswi SMPN 6 Tasikmalaya, Jawa Barat akhirnya terungkap.
Korban sebelumnya ditemukan tewas di gorong-gorong depan sekolahnya, Senin (27/1/2020) sore.
Saat ditemukan korban masih mengenakan seragam lengkap pakaian pramuka dan berkerudung.
Di samping jasad korban ditemukan tas sekolah berisi identitas serta buku-buku sekolah korban.
Baca: Motif Pembunuhan Siswi SMP Tasikmalaya di Gorong-gorong Terungkap, Pelakunya Ternyata Ayah Korban
Jenazah yang tersembunyi di dalam gorong-gorong berhasil dievakuasi setelah tim inafis membongkar tembok beton saluran drainase tersebut.
Hampir satu bulan kepolisian melakukan penyelidikan dan menggali keterangan dari sejumlah saksi, akhirnya diketahui Delis dibunuh ayah kandungnya sendiri Budi Rahmat (45).
Baca: Kolom Komentar Instagram Presiden Joko Widodo Dipenuhi Penawaran Obat Penggemuk Badan, 'Ini Apa?'
Kronologi pembunuhan
Delis diketahui hilang sejak Kamis (23/1/2020) sore.
Kamis pagi, Delis seperti biasa berangkat ke sekolah dengan mengenakan seragam pramuka.
Sepulang sekolah, ia masih terlihat bersama teman-temannya.
Namun, setelah keluar sekolah, keberadaannya tak diketahui lagi.
Baca: Panen Kurma di Masjid Agung Tasikmalaya, Ibu-ibu Berebut Ngalap Barokah
Hingga akhirnya, korban ditemukan telah menjadi mayat di dalam gorong-gorong, Senin (27/1/2020) sore.
Ternyata sebelum ditemukan meninggal dunia, korban sempat menemui ayahnya Budi Rahmat usai pulang sekolah.
Sepulang sekolah Delis pergi menuju tempat kerja sang ayah di Jalan Laswi, Tasikmalaya jelang magrib.
Ia kemudian meminta uang Rp 400.000 untuk biaya studi tour kepada ayahnya.
Budi Rahmat sendiri diketahui hanya punya uang Rp 200.000 lalu pinjam ke tempatnya bekerja Rp 100.000.
Baca: Kasus Temuan Mayat ABG Tasik di Gorong-gorong, Polisi : Bukti Mengarah pada Tersangka
"Karena masih kurang Rp 100 ribu, korban masih merengek. Kemudian tersangka membawa korban ke sebuah rumah kosong dekat tempat kerjanya di Jalan Laswi bermaksud merayu korban untuk menerima saja," kata Kapolres Tasikmalaya Kota, AKBP Anom Karibianto dalam konferensi pers di Mapolres Tasikmalaya Kota, Kamis (27/2/2020).
Namun, korban tetap merengek meminta uang Rp 400 ribu.
"Tersangka kesal dan akhirnya mencekik leher korban hingga kehabisan napas," katanya.
Ia kemudian pergi lagi ke tempat kerjanya meninggalkan tubuh korban begitu saja.
Sepulang kerja sekitar pukul 22.30, BR kembali ke rumah kosong itu.
Ia kemudian membawa tubuh putri kandungnya yang sudah tak bernyawa itu naik sepeda motor.
Dengan cara mengikatkan tubuh Delis ke tubuhnya.
Baca: Kasus Kematian Delis Siswi SMP di Tasikmalaya Akhirnya Terungkap, Dia Ternyata Dicekik Ayah Kandung
Dalam kondisi hujan lebat malam itu, tersangka membawa korban ke depan sekolahnya.
"Ia bermaksud memasukkan jasad korban ke dalam gorong-gorong, agar warga menyangka korban mengalami musibah hanyut," kata Anom.
Jasad Delis kemudian dimasukkan ke dalam gorong-gorong dengan cara paksa, dengan posisi kaki duluan hingga masuk sekitar dua meter.
Setelah itu ia pulang ke rumahnya di Jalan Cikalang, Kecamatan Tawang.
Bersandiwara tutupi perbuatannya
Hampir satu bulan lamanya pelaku berupaya menutupi perbuatannya.
Sejak mayat Delis ditemukan di gorong-gorong depan sekolahnya, Senin (27/1/2020), Budi Rahmat memang tak pernah muncul.
Hingga akhirnya, ia mau ditemui awak media, Selasa (11/2/2020).
Saat itu, kondisi Budi sehat-sehat saja.
Ia bahkan mengaku syok atas kematian Delis.
"Saya juga masih merasa gugup setelah diperiksa polisi sampai subuh saat Desi ditemukan dalam gorong-gorong," kata Budi saat ditemui di rumah kontrakannya di Kecamatan Tawang.
Baca: Wanita Ditemukan Tewas di Tepi Rel KA Cirangkong Tasikmalaya, Kepala Terpisah dari Tubuhnya
Budi telah lama bercerai dengan Wati Candrawati (46) yang merupakan ibu Delis.
Ia kemudian menikah lagi dengan perempuan lain.
Saat Delis meninggal, Budi memang sengaja berupaya untuk tak muncul dulu di publik.
Namun, Budi ternyata sempat mengantar jenazah Delis ke kamar mayat di RSU dr Soekardjo.
Saat pertama kali putrinya itu ditemukan di gorong-gorong, Budi juga sempat mendatangi TKP.
Budi mengaku, pertama kali bertemu dengan Delis di tempat kerjanya di sebuah rumah makan di jalan BKR.
"Setelah itu saya tidak bertemu lagi, sampai akhirnya Desi ditemukan meninggal dalam gorong-gorong," ujar Budi.
Pihak SMP tempat Delis sekolah pun sempat menemui Budi.
Baca: Vitalia Sesha Jadi Tersangka Narkoba, Citranya yang Baik Bikin Manajer Syok
Budi Rahmat mengatakan, saat itu ia sedang kambuh penyakitnya.
Karena itu, ia menjawab sekenanya saja agar tamu dari sekolah tersebut segera pulang.
"(Saya) Ada memiliki kelainan di dalam otak sejak lahir, karena sewaktu ibu saya hamil suka minum obat-obatan. Itu pengakuan ibu saya sendiri," kata Budi.
Saat itu, Budi Rahmat pun berharap pelakunya dihukum berat.
"Kalau ternyata korban kejahatan, saya minta pelakunya dihukum berat," ujarnya.
Dalam konferensi pers di Mapolres Tasikmalaya Kota, Kamis (27/2/2020), pelaku pun mengakui perbuatannya.
"Saya saat itu emosi pak, sampai tidak sadar mencekik Delis. Saya sangat menyesal," kata Budi Rahmat menangis tersedu-sedu dari balik wajahnya yang ditutupi kupluk, saat konferensi pers di Mapolres, Kamis (27/2/2020).
Ibu korban tak pernah curiga
Wati Candrawati (46), ibu kandung Delis syok ketika diberi tahu bahwa yang membunuh putrinya Budi Rahmat (45), mantan suami yang juga ayah kandung Delis.
Sambil berlinang air mata, Wati sempat mengeluarkan kata-kata umpatan kepada pelaku.
"Benar-benar biadab, tega-teganya anak sendiri dibunuh," katanya, saat ditemui di rumahnya di Kampung Sindang Wangi, Kelurahan Linggajaya, Kecamatan Mangkubumi, Kamis (27/3) siang.
Baca: PT Nettour Batam Tunggu Konfirmasi Kemenag RI Terkait Kebijakan Penghentian Sementara Umrah
Wati segera ditenangkan Aah (63), ibu kandungnya yang juga nenek Delis.
Mereka pun berpelukan.
"Saya minta dia dihukum seberat-beratnya, walaupun bapaknya sendiri. Malah dia sudah berbuat biadab," ujarnya.
Wati mengaku sejak tubuh Delis ditemukan tewas di dalam gorong-gorong, Senin (27/1) sore, tidak ada firasat atau kecurigaan sedikit pun yang menjurus kepada Budi Rahmat sebagai pelakunya.
"Tidak ada kecurigaan sama sekali bahwa bapaknya lah yang telah membunuhnya," ujar Wati. (Tribunjabar.co.id/ kompas.com).