News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Suasana Kondusif Pasca Bentrok di Pulau Adonara yang Menewaskan 6 Warga

Editor: Dewi Agustina
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Salah satu korban dalam pertikaian masalah tanah di Desa Sandosi, Kecamatan Witihama, Pulau Adonara, Kabupaten Flores Timur, Kamis (5/3/2020).

Menurut kader Partai Gerindra ini, Pemda Flotim telah meminta pihak kepolisian dan TNI agar mengirim pasukan lebih banyak dan siaga di Desa Sandosi dan sekitarnya sebelum korban dibawa masuk kampung karena dikhawatirkan situasi rusuh bisa terjadi saat itu.

"Kepada seluruh warga Lamaholot Flores Timur mari kita mendoakan agar masalah ini segera diselesaikan dan korban tidak lagi bertambah. Pemerintah juga menyampaikan turut berdukacita atas tragedi kematian saudara-saudara kita di Sandosi dalam konfik tanah ini. Semoga Tuhan menghapus dosa mereka dan menerima arwah mereka di sisi-Nya dan keluarga dikuatkan dalam kedamaian sejati," ucap Agus Boli.

Baca: Masuk UGD Tak Ditemani Ajun Perwira, Jennifer Jill: Gue Sakit Malah Ditinggal, Kacau Lo!

Baca: Cerita Imel Putri Cahyati Dulu Terkenal dan Dijuluki Ratu Sinetron Indosiar, Kini Pilih Jualan Baju

Kapolres Flotim AKBP Deny Abrahams membenarkan enam warga tewas dalam pertikaian yang terjadi di wilayah Desa Sandosi.

"Betul, enam orang warga tewas. Kondisinya sudah aman. Sementara ini mayat mereka sudah dievakuasi ke desa setempat," kata Deny saat dihubungi Kompas.com, Kamis sore.

Menurut Deny, bentrokan terjadi akibat masalah lahan antara dua suku. Lokasi kejadian berjarak sekitar 15 kilometer dari permukiman warga setempat.

Ia mengatakan, pihaknya mempertebal pasukan dengan mendatangkan dari Polres Flotim dua SST, Polres Sikka dan Polres Lembata.

Salah satu korban dalam pertikaian masalah tanah di Desa Sandosi, Kecamatan Witihama, Pulau Adonara, Kabupaten Flores Timur, Kamis (5/3/2020). (ISTIMEWA)

Situasi Kondusif

Kepala Desa Sandosi, Beatus Beda Nama menjelaskan, sengketa lahan antarsuku Kwaelaga dan Lamatoka sudah berlangsung lama.

"Namun ini baru pertama kali terjadi kontak fisik dan langsung menewaskan enam orang korban," kata Beatus ketika dikonfirmasi via telepon.

Menurut Beatus, pemerintah desa dan kecamatan sudah memfasilitasi masalah ini dan dituangkan dalam berita acara.

Beberapa minggu lalu, pemerintah desa dan warga yang bertikai juga sudah pergi ke Polsek Sagu karena ada laporan pengaduan dari suku Lamatokan terkait adanya aktivitas pembersihan rumput oleh suku Kwaelaga di lahan sengketa.

Baca: PA 212: Ribuan Orang Bakal Hadiri Aksi Protes untuk Meminta Kedubes India Ditutup

Baca: Geledah Dua Rumah Nurhadi di Jakarta, KPK Pulang dengan Tangan Kosong

Polisi menindaklanjuti laporan tersebut. Suku Kwaelaga sebagai terlapor sudah dikenai wajib lapor.

"Sehingga menurut pemahaman kami yang awam ini, kalau sudah begitu tidak mungkin lagi melakukan kegiatan di lokasi. Kita pikirnya begitu, ternyata selang beberapa waktu pihak terlapor lakukan kegiatan lagi di sana tanam pohon kelapa dan mente. Itu hari kamis minggu lalu," papar Beatus.

Beatus mengatakan, buntut dari adanya aktivitas di lahan sengketa itu sehingga pihak suku Lamatokan langsung bergerak ke lokasi. Ia memperkirakan ada 20 warga suku Lamatokan ke Wulanwata.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini