TRIBUNNEWS.COM, SEMARANG – Insentif untuk pengajar keagamaan di Jawa Tengah dinaikkan. Tahun sebelumnya anggaran yang dialokasikan untuk guru madrasah, pondok pesantren, TPQ, sekolah Minggu, Vijjalaya dan Pasraman sebesar Rp 205,36 miliar.
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah tahun ini mengalokasikan anggaran Rp253,7 miliar. Jumlah penerima pun bertambah sebanyak 40.324 orang.
“Adapun insentif yang diterima sebesar Rp1,2 juta per tahun, dengan pencairan bertahap setiap tiga bulan sekali. Tahun 2019, penerima insentif sebanyak 171.131 guru. Tahun ini ada peningkatan menjadi 211.455 penerima,” kata Kepala Biro Kesejahteraan Rakyat (Kesra) Setda Jateng Imam Maskur, Kamis (5/3).
Imam menambahkan, kenaikan alokasi anggaran tersebut diberikan sebagai bentuk apresiasi kepada para guru agama.
Jika pada 2019 penerima bantuan hanya pendidik dari agama Islam, seperti pondok pesantren, taman pendidikan Alquran, dan madrasah diniyah, pada 2020 ini juga diberikan kepada guru seluruh agama. Rinciannya, Islam 206.302 guru (22.924 lembaga), Kristen 4.057 guru (1.661 lembaga), Katolik 434 (76 lembaga), Budha 498 guru (40 lembaga) dan Hindu 164 guru (61 lembaga).
Imam menjelaskan, syarat penerima bantuan antara lain berasal dari lembaga pendidikan keagamaan nonformal yang terdaftar pada Kantor Kementerian Agama kabupaten dan kota setempat.
Mereka juga diusulkan oleh lembaga pendidikan kegamaan nonformal kepada Kantor Kemenag setempat, memiliki surat mengajar, memiliki rekening bank aktif atas nama penerima bantuan insentif dan berdomisili di Jateng.
Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimoen mengatakan, pemberian insentif ini sebagai bentuk penunaian janji kampanye dirinya dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, pada pilkada 2018 lalu.
Saat itu, Ganjar – Yasin berjanji membangun pendidikan keagamaan dan Sumber Daya Manusia (SDM) pondok pesantren.
“Janji ini langsung kami tunaikan, agar pembangunan mental dan spiritual anak-anak kita lebih baik. Mentalnya baik, tidak mudah terpapar hoax. Bisa juga menjadi modal untuk membuka usaha,” kata Taj Yasin.
Dia berharap insentif ini dapat membantu mengurangi beban masyarakat, khususnya guru agama, sehingga dapat menurunkan angka kemiskinan di Jawa Tengah.
"Kalau soal jumlah, harapan kami tiap tahun bisa bertambah nominalnya untuk per orangnya. Dengan mereka sejahtera, upaya pengentasan kemiskinan di Jateng juga terlaksana. Apalagi, selama Maret 2019 – September 2019 jumlah orang miskin di Jawa Tengah telah berkurang 63.830 ribu orang atau 0,22 persen," paparnya.
Gus Yasin berharap, masyarakat dapat menjadi mata dan telinga bagi Pemerintah Provinsi Jawa Tengah khususnya di dalam mengawasi pelaksanaan program dan kegiatan pengentasan kemiskinan agar semakin tepat sasaran.
"Saya berharap, di akhir masa jabatan kami, angka kemiskinan dapat ditekan di bawah 2 digit. Tiada gading yang tak retak, saya menyadari masih banyak kekurangan di dalam upaya pengentasan kemiskinan di Jawa Tengah. Untuk itu, partisipasi publik menjadi sangat penting," ujarnya.
Selain memberikan insentif untuk pengajar keagamaan, Pemprov Jateng juga mengucurkan bantuan operasional sekolah daerah (Bosda) senilai Rp 26,57 miliar untuk 177.114 siswa Madrasah Aliyah (MA) negeri dan swasta. Jika diakumulasikan, total dana yang akan dicairkan sekitar Rp 281 miliar.