Imam Taufiq/surya.co.id
TRIBUNNEWS.COM, BLITAR - MUNGKIN, sebentar lagi catatan Guinness World Record tentang alpukat terbesar di dunia itu bukan lagi ada di Hawai (AS). Namun, itu bisa jadi akan bergeser ke Kabupaten Blitar, Jawa Timur.
Sebab, di kota kelahiran Bung Karno juga ditemukan alpukat raksasa, dengan berat sama seperti yang ada di Hawai, yakni 2 kg per biji.
Namanya cukup marketable dan agak kebarat-baratan, yakni alpukat Markus Aligator.
Kata pemiliknya, itu tak ada arti khusus.
Namun, dinamakan demikian, karena alpukat itu hasil stekkan sendiri.
Yakni, bibit asal Thailand dengan alpukat lokal (Blitar).
Baca: Seputar Keberadaan Kuburan di Tepi Jalan di Tulungagung: Muncul Beragam Isu, Ini Fakta Sebenarnya
Baca: Kronologi Duel Dua Pria di Atas Motor yang Melaju: Diduga Cemburu pada Suami Baru Mantan Istri
Baca: Kronologi Suami di Bandung Tega Membunuh Istri Lantaran Kesal Sering Ditolak Saat Minta Berhubungan
Baca: Fakta-Fakta Kasus Bunuh Diri Bersama Suami-Istri di Malang: Ditemukan Surat Wasiat di Saku
"Bibitnya pemberian teman ayah, yang pulang dari Thailand, kemudian saya stek sendiri dengan alpukat lokal. Hasilnya, mengejutkan seperti ini," tutur Muhammad Iskandar, warga Desa Pojok, Kecamatan Garum, yang pembudidaya alpukat raksasa ini ditemui di kebunya, Rabu (11/3).
Memang, jika dibandingkan dengan alpukat lokal, itu jauh beda.
Bisa sampai tiga kali lebih besar karena rata-rata seberat 2,2 kg per buah. Malah, orang-orang menyebutnya alpukat rakrasa karena besarnya sama dengan kepala bayi.
Tak usah penasaran. Jika Anda ingin melihat langsung, datang ke tempatnya. Itu berada di lahan milik Muhammad Iskandar, yang ada di dekat rumahnya.
Saat ini, pria berusia 3 4tahun ini punya 60 pohon, yang sudah berbuah berkali-kali dan buahnya sudah dijual.
Sedang, yang 5.000 pohon lagi, itu baru berumur 2 tahun dan tahun depan, diperkirakan sudah berbuah.
Untuk mencari rumah Iskandar, tak sulit. Dari traffic ligt Herlingga (hotel), Kota Blitar, Anda ke ke timur.
Sekitar 3 km kemudian, Anda sudah sampai Desa Pojok, dan silakan Anda bertanya di mana rumahnya Pak Iskandar.
Semua orang mengenalnya karena ia dikenal sebagai petani alpukat yang sangat sukses.
"Banyak tamu, terutama musik alpukat seperti bulan ini. Rata-rata orang dari luar kota, untuk beli bibit," paparnya.
Meski masih terbilang muda, namun Iskandar bukan lah petani alpukat yang baru mencoba. Ia mengaku sejak usia 9 tahun, dirinya sudah diajari bertani alpukat oleh bapaknya. Namun yang membedakan dengan bapaknya, ia menekuni budi daya alpukat, dengan cara menyetek sendiri.
Baca: Seputar Keberadaan Kuburan di Tepi Jalan di Tulungagung: Muncul Beragam Isu, Ini Fakta Sebenarnya
Baca: Kronologi Duel Dua Pria di Atas Motor yang Melaju: Diduga Cemburu pada Suami Baru Mantan Istri
Baca: Kronologi Suami di Bandung Tega Membunuh Istri Lantaran Kesal Sering Ditolak Saat Minta Berhubungan
Baca: Fakta-Fakta Kasus Bunuh Diri Bersama Suami-Istri di Malang: Ditemukan Surat Wasiat di Saku
"Kami panen perdana baru setahun kemarin (2019). Hasilnya, tak terduga," paparnya.
Hasil panen perdana itu, ia bisa beli lahan lagi buat memperluas lahan alpukatnya.
Tak hanya itu, yang membanggakannya, dirinya bisa mendaftar haji bersama istrinya, dan beli mobil Jazz.
Katanya, alpukatnya itu banyak yang menyukainya. Selain buahnya besar, pohonnya tak tinggi namun lebat sehingga batangnya banyak.
"Dari cabang-cabang itu, kami terus men-nyeteknya, dan terus mempertahankan kualitasnya, terutama buahnya agar tetap besar," ungkapnya.
Bahkan, saking besar buahnya, ia harus banyak menguranginya. Tujuannya, agar batangnya tak sampai patah karena tak kuat menahan beban beratnya buah itu. Sebab, satu pohon saja bisa berbuah sampai 200 biji.
Namun, sebelum buah itu besar, itu harus dikurangi separo atau tinggal 80 sampai 100 buah per pohon.
"Kami harus rutin menghitungnya di saat buah itu masih kentel. Jika tak dikurangi, ya nggak kuat batangnya, karena satu batang saja bisa berbuah 8 sampai 10," paparnya.
Memang, masa panennya agak lebih lama. Jika alpukat lokal, masa panennya hanya 3 bulan, namun Aligator ini sampai 7 bulan atau lebih lama empat bulan.
Baca: Seputar Keberadaan Kuburan di Tepi Jalan di Tulungagung: Muncul Beragam Isu, Ini Fakta Sebenarnya
Baca: Kronologi Duel Dua Pria di Atas Motor yang Melaju: Diduga Cemburu pada Suami Baru Mantan Istri
Baca: Kronologi Suami di Bandung Tega Membunuh Istri Lantaran Kesal Sering Ditolak Saat Minta Berhubungan
Baca: Fakta-Fakta Kasus Bunuh Diri Bersama Suami-Istri di Malang: Ditemukan Surat Wasiat di Saku
"Menunggu sedikit lebih lama namun hasilnya memuaskan. Sebab, buah yang paling kecil saja beratnya 1,8 kg dan yang terbesar berkisar 2,2 kg atau sebesar kepala bayi. Jadi, mau makan, kita itu cukup makan satu buah saja, bisa tak habis," ujarnya.
Tak hanya besar, namun buahnya juga tahan lama atau tak mudah membusuk. Dibandingkan alpukat lainnya, yang hanya bertahan seminggu, namun alpukat Aligator ini bisa bertahan sampai 3 minggu atau tak mudah busuk.
Soal rasa, jangan ditanya. Sekali merasakan, Anda dijamin tak mau berhenti kalau sebelum kenyang. karena rasanya, bikin menggoda lidah.
Tak hanya pulen, namun rasa legitnya juga mendominasi. Meski besarnya seperti itu, namun kulitnya tipis sehingga dagingnya tebal, dan agak-agak kehijau-hijaunya.
"Kalau sudah merasakan, pasti ketagihan karena rasa legitnya itu, yang menggoda lidah kita," papar Iskandar.
Karena bentuknya besar, maka harganya pasti beda dengan alpukat lokal. Itu separo lebih mahal atau Rp 30.000 per 1 kg. Bayangkan, dengan harga segitu, maka setiap pohonnya bakal menghasilkan uang Rp 6 juta. Sebab, setiap pohon atau sekali panen rata-rata berbuah sebanyak 100 biji. Itu dengan estimasi rata-rata per biji seberat 2 kg.
"Tak ada biaya perawatan khusus. Kalau sudah besar, ya hanya disiram saja. Dan, sesekali dikasih pupuk kandang," paparnya.
Soal harga bibitnya, Iskandar mengaku tak mahal karena rata-rata cuma Rp 50.000, dengan tinggi 80 cm. Tak hanya menjual buahnya, namun permintaan bibit juga tinggi. Di antaranya, ia rutin mengirim pesanan bibit ke Palembang, Penajam (Kaltim), dll.
"Rata-rata sebulan, permintan ke Kaltim saja sekitar 5.000 bibit. Belum lagi, permintaan ke daerah lainnya, sehingga kami sering kehabisan stok," ujarnya.
Baca: Seputar Keberadaan Kuburan di Tepi Jalan di Tulungagung: Muncul Beragam Isu, Ini Fakta Sebenarnya
Baca: Kronologi Duel Dua Pria di Atas Motor yang Melaju: Diduga Cemburu pada Suami Baru Mantan Istri
Baca: Kronologi Suami di Bandung Tega Membunuh Istri Lantaran Kesal Sering Ditolak Saat Minta Berhubungan
Baca: Fakta-Fakta Kasus Bunuh Diri Bersama Suami-Istri di Malang: Ditemukan Surat Wasiat di Saku
Berapa penghasilannya, ia agak malu-malu menceritakannya.
Namun, katanya, bertani alpukat Aligator ini merupakan salah satu usaha yang punya prospek ke depan.
"Setelah dipotong ongkos karyawan (punya 15 karyawan), masih untung lah. Yang penting, kami bisa memberikan pekerjaan buat para tetangga," paparnya.
Apa tak ada kompetornya, Iskandar mengaku, ada. Katanya, setahun ini ada alpukat asal Vietnam. Namanya, alpukat Has.
Itu menguasai supermarket-supermaket di Indonesia. Celakanya, besarnya sama, rasanya sama dengan miliknya, namun harganya lebih murah. Yakni, cuma Rp 21.000 per kg.
"Kami akhirnya menurunkan harganya dan kami samakan dengan alpukat Has yang asal Vietnam itu. Tujuannya, agar kami bisa bersaing. Kami minta agar pemerintah bisa membatasi impor alpukat supaya petani kita bisa berjaya," katanya.
Artikel ini telah tayang di surya.co.id dengan judul Kisah M Iskandar, Warga Blitar yang Budidayakan Alpukat Raksasa Beratnya Capai 2 Kg Per Buah, https://surabaya.tribunnews.com/2020/03/11/kisah-m-iskandar-warga-blitar-budidayakan-alpukat-raksasa-yang-beratnya-capai-2-kg-per-buah?page=all.